Selasa, 07 Mei 2013

kakek secangkir kopi sebatang rokok


Bosan menunggu jadwal kampus berikutnya, aku dan sohib memutuskan untuk pergi ke perpus kampus dengan modus mau belajar padahal mau numpang ngadem plus online gratis.Tanpa terasa sudah memasuki  jam makan siang, tetapi saat itu kami malas bergerak. Dengan susah payah mengconectkan wifi perpustakaan ke laptop akhirnya bisa juga, iseng-iseng buka notification di facebook. Waaaah ada abang letting yang yudisium, modus nyusup ke dalam percakapan agar si abang mau selametan atas kelulusannya(red-dapet raktir maksudnya). Setelah bujuk rayu nan maut akhirnya dengan terpaksa, abang itu mengiyakan akan mentraktir di sebuah kafe kota ini dengan jam yang sepihak dia tentukan sendiri. Dalam hati aku bersorak! Yes berhasil ^^!
Sedikit dialog dengan sohib sebelum berangkat.
 ‘eh serius gapapa nih sit kita dateng?’
‘iya gapapa, kamu laper juga kan?’
 ‘iya sih, tapi malu nih!’
‘lanjut, kapan lagi nih abang yudisium’
Dengan jiwa anak kos dan kelaparan kami yang membara, berangkatlah kami menerjang gerimis  tanpa memakai helm menuju kafe tempat traktiran.
Pas sudah sampai,
‘mau pesan apa?’
Malu-malu tapi mau, ‘hmm apa aja deh terserah’
‘ayam penyet apa ayam bakar? Ayam penyet aja yaa’
‘yaudah deh…’ (dialognya keliatan biasa banget tapi dalam hati seneng minta ampun)
Yaiyalah senang, secara rinsip anak kos untuk makan yang utama selain halalan toyyiban juga yang penting ituu
1.       Gratis
2.       Banyak
3.       Enak
Lanjuut ke cerita,
kita makan sambil online. Nah ketika sedang asik makan tiba-tiba datang seorang kakek peminta-minta atau biasa disebut pengemis. Demi melihat kakek renta itu aku langsung memberikan uang ala kadarnya.  
Sekarang setiap melihat pengemis aku selalu teringat kajian jum’atan yang ada di kampus beberapa minggu lalu dengan tema materinya adalah extra ordinary. Saat itu pemateri menyampaikan bahwa semua yang ada dalam diri kita, semua yang kita punya memang mutlak milik Allah, jadi kapan saja Allah bisa meminta kembali apa yang ada pada diri kita. Ibarat semua hanya titipan, sudah sepatutnya untuk dikembalikan. Allah bisa meminta pada kita dalam bentuk mendatangkan seseorang yang kesulitan, seperti lewat seorang pengemis, teman yang kesusahan, atau apapun yang datang pada kita. Jika kita membantu mereka, atau berbuat baik kepada orang yang kesusahan, itu berarti tanda kepatuhan kita kepada sang  Pencipta. Kita telah  melaksanakan salah satu ibadah yang dicintai-Nya. Dan Allah pun akan semakin sayang kepada kita, rezeki kita justru akan berlipat ganda.
Ah kawan bukankah sangat sempurna ajaran dari Nya. Sangat detail perhitungannya, indahnya ajaran agama ini untuk saling memberi dan mengasihi. Namun, cerita belum sampai disitu sob..
Karena merasa kesulitan memakan ayam penyet dengan sendok plastik, aku memutuskan untuk memakai jari-jemari ini untuk merobek daging si ayam. Aku memutuskan mencari westafel untuk mencuci tangan. Gerimis telah berubah menjadi hujan, maka westafel yang berada diluar atap pun sulit di jangkau olehku, akhirnya aku menumpang untuk mencuci tangan di dapur pelayan, kebetulan si pelayan mengizinkan. Selesai mencuci tangan, masih dalam kafe tersebut aku melihat si kakek yang tadi mengemis padaku duduk dengan secangkir kopi diatas meja sambil menghisap rokok.
Betapa terkejutnya aku, jadi uang hasil mengemisnya barusan, ya barusan belum sampai 15 menit kita bertemu. dengan mudahnya ia bakar menjadi  berjuta-juta racun yang memasuki tubuh rentanya, bertubi-tubi merusak organ penting dalam tubuhnya. Uang itu berubah menjadi sebatang rokok dan rokok  itu menjadi abu yang tiada harganya, menjadi polusi udara yang merugikan bagi siapapun yang menghirupnya, andai kakek itu tahu bahwa rokok berisi tembakau tempat para Jin buang air, andai kakek tahu bahwa dalam filter rokok itu ada unsur babi yang haram hukumnya dan sangat dibenci oleh Tuhannya, dan andai uang hasil mengemisnya ia tabung untuk persiapan masa tuanya… ah apakah aku yang memberi uang berarti membatu sang kakek membeli rokok?Ah itu semua memang dilema sob!

7 komentar:

  1. Oh, saya ingat kakek itu. saya tidak menyangka kakek itu kemudian menghisap rokok. ckckck.. semoga kakek itu sadar di kemudian hari nanti

    BalasHapus
  2. Sembari menatap tajam dan tertawa kecil ke arah Siti. Batin si Kakek bertitah, "Terima kasih untuk sebatang rokok dan kopinya ya Dek! Semoga teman-temannya yang di dalam nggak ikut-ikutan merokok".

    Lalu aku mengirim SMS untuk si Kakek, "Kek, berterima kasihlah pada Allah. Sungguh setiap rejeki dan maut itu datang dariNya. Nah, Kakek udah rejeki, sekarang tinggal tunggu yang satunya lagi,"

    Ia terdiam sambil memandang sinis ke arahku. Aku yang merasa risih pun tidak mau kalah. Segera kutarik selembar spanduk dari tas kecil kesayanganku. Eh, mata si Kakek melotot melihat isi spanduk.

    "MATIKAN ROKOK SEBELUM DIA MEMBUNUHMU"

    Namun sayang, akhirnya diketahui bahwa si Kakek juga buta huruf. Percumalah aku SMS dan menunjukan spanduk itu padanya.

    BalasHapus
  3. bg aslan : iya bang.. semoga kesadaran kakek nanti belum terlambat

    bg aril : hahaha bisa aja bang, kalo ga bisa baca kasih penyuluhan aja, siapa tau pesona bang aril bikin kakek luluh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ya..
      Semoga waktu menjadi untuk dia membaca..

      "Wahai Kakek! Iqra'!"

      Hapus
  4. Siti kapan nikahnya??? :P *nyambung gak ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. cieee ciee..
      mentang udah sarjana langsung mau nikah..
      Hebat (y)
      Aku dukung!
      Hidup Doni! hidup Doni!

      Hapus
  5. bg dony : suatu saat pada waktu, cara, dan orang yang tepat :D gatau kapan

    BalasHapus