Bosan menunggu jadwal kampus
berikutnya, aku dan sohib memutuskan untuk pergi ke perpus kampus dengan modus
mau belajar padahal mau numpang ngadem plus online gratis.Tanpa terasa sudah
memasuki jam makan siang, tetapi saat
itu kami malas bergerak. Dengan susah payah mengconectkan wifi perpustakaan ke
laptop akhirnya bisa juga, iseng-iseng buka notification di facebook. Waaaah
ada abang letting yang yudisium, modus nyusup ke dalam percakapan agar si abang
mau selametan atas kelulusannya(red-dapet raktir maksudnya). Setelah bujuk rayu
nan maut akhirnya dengan terpaksa, abang itu mengiyakan akan mentraktir di
sebuah kafe kota ini dengan jam yang sepihak dia tentukan sendiri. Dalam hati
aku bersorak! Yes berhasil ^^!
Sedikit dialog dengan sohib sebelum berangkat.
‘eh serius gapapa nih
sit kita dateng?’
‘iya gapapa, kamu laper juga kan?’
‘iya sih, tapi malu
nih!’
‘lanjut, kapan lagi nih abang yudisium’
Dengan jiwa anak kos dan kelaparan kami yang membara,
berangkatlah kami menerjang gerimis
tanpa memakai helm menuju kafe tempat traktiran.
Pas sudah sampai,
‘mau pesan apa?’
Malu-malu tapi mau, ‘hmm apa aja deh terserah’
‘ayam penyet apa ayam bakar? Ayam penyet aja yaa’
‘yaudah deh…’ (dialognya keliatan biasa banget tapi dalam
hati seneng minta ampun)
Yaiyalah senang, secara rinsip anak kos untuk makan yang
utama selain halalan toyyiban juga yang penting ituu
1.
Gratis
2.
Banyak
3.
Enak
Lanjuut ke cerita,
kita makan sambil online. Nah ketika sedang asik makan
tiba-tiba datang seorang kakek peminta-minta atau biasa disebut pengemis. Demi melihat
kakek renta itu aku langsung memberikan uang ala kadarnya.
Sekarang setiap melihat pengemis aku selalu teringat kajian
jum’atan yang ada di kampus beberapa minggu lalu dengan tema materinya adalah
extra ordinary. Saat itu pemateri menyampaikan bahwa semua yang ada dalam diri
kita, semua yang kita punya memang mutlak milik Allah, jadi kapan saja Allah bisa
meminta kembali apa yang ada pada diri kita. Ibarat semua hanya titipan, sudah
sepatutnya untuk dikembalikan. Allah bisa meminta pada kita dalam bentuk mendatangkan
seseorang yang kesulitan, seperti lewat seorang pengemis, teman yang kesusahan,
atau apapun yang datang pada kita. Jika kita membantu mereka, atau berbuat baik
kepada orang yang kesusahan, itu berarti tanda kepatuhan kita kepada sang Pencipta. Kita telah melaksanakan salah satu ibadah yang
dicintai-Nya. Dan Allah pun akan semakin sayang kepada kita, rezeki kita justru
akan berlipat ganda.
Ah kawan bukankah sangat sempurna ajaran dari Nya. Sangat detail
perhitungannya, indahnya ajaran agama ini untuk saling memberi dan mengasihi. Namun,
cerita belum sampai disitu sob..
Karena merasa kesulitan memakan ayam penyet dengan sendok plastik,
aku memutuskan untuk memakai jari-jemari ini untuk merobek daging si ayam. Aku memutuskan
mencari westafel untuk mencuci tangan. Gerimis telah berubah menjadi hujan,
maka westafel yang berada diluar atap pun sulit di jangkau olehku, akhirnya aku
menumpang untuk mencuci tangan di dapur pelayan, kebetulan si pelayan
mengizinkan. Selesai mencuci tangan, masih dalam kafe tersebut aku melihat si
kakek yang tadi mengemis padaku duduk dengan secangkir kopi diatas meja sambil
menghisap rokok.
Betapa terkejutnya aku, jadi uang hasil mengemisnya barusan,
ya barusan belum sampai 15 menit kita bertemu. dengan mudahnya ia bakar
menjadi berjuta-juta racun yang memasuki
tubuh rentanya, bertubi-tubi merusak organ penting dalam tubuhnya. Uang itu
berubah menjadi sebatang rokok dan rokok itu menjadi abu yang tiada harganya, menjadi
polusi udara yang merugikan bagi siapapun yang menghirupnya, andai kakek itu
tahu bahwa rokok berisi tembakau tempat para Jin buang air, andai kakek tahu
bahwa dalam filter rokok itu ada unsur babi yang haram hukumnya dan sangat
dibenci oleh Tuhannya, dan andai uang hasil mengemisnya ia tabung untuk
persiapan masa tuanya… ah apakah aku yang memberi uang berarti membatu sang kakek membeli rokok?Ah itu semua memang dilema sob!
Oh, saya ingat kakek itu. saya tidak menyangka kakek itu kemudian menghisap rokok. ckckck.. semoga kakek itu sadar di kemudian hari nanti
BalasHapusSembari menatap tajam dan tertawa kecil ke arah Siti. Batin si Kakek bertitah, "Terima kasih untuk sebatang rokok dan kopinya ya Dek! Semoga teman-temannya yang di dalam nggak ikut-ikutan merokok".
BalasHapusLalu aku mengirim SMS untuk si Kakek, "Kek, berterima kasihlah pada Allah. Sungguh setiap rejeki dan maut itu datang dariNya. Nah, Kakek udah rejeki, sekarang tinggal tunggu yang satunya lagi,"
Ia terdiam sambil memandang sinis ke arahku. Aku yang merasa risih pun tidak mau kalah. Segera kutarik selembar spanduk dari tas kecil kesayanganku. Eh, mata si Kakek melotot melihat isi spanduk.
"MATIKAN ROKOK SEBELUM DIA MEMBUNUHMU"
Namun sayang, akhirnya diketahui bahwa si Kakek juga buta huruf. Percumalah aku SMS dan menunjukan spanduk itu padanya.
bg aslan : iya bang.. semoga kesadaran kakek nanti belum terlambat
BalasHapusbg aril : hahaha bisa aja bang, kalo ga bisa baca kasih penyuluhan aja, siapa tau pesona bang aril bikin kakek luluh hehe
Ya ya..
HapusSemoga waktu menjadi untuk dia membaca..
"Wahai Kakek! Iqra'!"
Siti kapan nikahnya??? :P *nyambung gak ya?
BalasHapuscieee ciee..
Hapusmentang udah sarjana langsung mau nikah..
Hebat (y)
Aku dukung!
Hidup Doni! hidup Doni!
bg dony : suatu saat pada waktu, cara, dan orang yang tepat :D gatau kapan
BalasHapus