Sabtu, 18 Mei 2013

Tentang Nurul



Tidak seperti beberapa Untiversitas, fakultas dan jurusan lainnya yang sudah bisa menikmati libur sebelum tahun baru. Liburan semerter pertamaku hanya mendapat jatah kurang dari dua minggu, itupun sebenarnya dokter bagian skill lab dan PBL (Problem Based Learning) sudah cukup bersabar dengan angkatan kami. Hari ini seharusnya mahasiswa kedokteran tingkat pertama mengambil jadwal sekaligus buku untuk blok4, yaitu blok the cell. Situasi saat itu tidak memungkinkan, aku terlanjur membeli tiket pesawat yang baru berangkat beberapa hari lagi. Aku berharap teman di kelas baruku semester dua nanti ada yang berbaik hati dapat mengambilkan buku blok ku.

                Hp ku mulai penuh dengan pesan singkat juga broadcast yang berisi agar mahasiswa Pendidikan Dokter 2012 segera ke kampus. Aku bingung, namun ada sebuah pesan singkat yang aku terima.
“Teman-teman kelas B09, buku blok sudah Nurul ambil ya, nanti kalau sudah kembali dari liburan ambil sama Nurul ya!”. Nurul? Ohiya aku ingat, dulu aku sempat mengenalnya saat masa orientasi pengenalan kampus kami, saat itu kami sekelompok. Aku balas pesan singkatnya “Ok rul, makasih ya rul”.

                Hmm sebenarnya siapa sih Nurul itu? Baiklah, aku akan mendeskripsikan Nurul menurut sudut pandangku sendiri, kalau dilihat dari luar Nurul itu terlihat seperti anak baik-baik, pakaiannya pun sangat islami bisa dibilang sya’i dia juga anak yang sangat rajin, kenapa saya bisa bilang dia rajin? bayangkan saja, Dia merelakan liburannya untuk ke kampus mengambil buku blok, walaupun Nurul bukan anak Banda Aceh, dan jika ada tugas seperti work plan atau laporan praktikum seminggu sebelum dikumpulkan biasanya sudah selesai, setiap  tutorial ia juga memiliki banyak bahan dari berbagai sumber yang terprecaya. Tak diragukan lagi, Nurul anak yang rajin.


(perhatikan gadis jilbab hitam kanan attas yg merem, itulah nurul)

                Gadis ini  berasal dari daerah yang bernama Bener Meriah. Oke mungkin kalian tidak familiar dengan daerah yang bernama Bener Meriah, awalnya  aku pun tidak tahu, bahkan aku senpat mengira bahwa nama kotanya Bandar Meriah, atau Bendar Meriah. Belakangan aku baru tahu kalau Bener Meriah ini adalah suatu nama daerah di bagian Aceh, pemekaran dari wilayah Aceh Tengah yang berada  dekat Takengon. Bener Meriah dapat ditempuh kira-kira 7 jam dari Banda Aceh.  Bersuhu cukup rendah, berbeda dengan kebanyakan kabupaten kota di Aceh ini yang cukup panas. 

                Karena sekelas, mau tak mau aku pun semakin mengenali Nurul karena kami semakin sering berinteraksi. Nurul mulai nyaman bercerita tentang kehidupannya kepada aku dan teman sekelasku lainnya. Suatu hari, ia bercerita tentang kampung halamannya, karena suhu di Bener Meriah dingin, jadi tidak perlu sering-sering mandi karena saking dinginnya. Sangat berbeda dengan di Banda Aceh. Aku ber “oooh…”. Di Bener Meriah juga masih jarang dokter,  tingkat pendidikan warganya masih sangat rendah, paling tinggi pun guru atau bidan, itupun masih jarang. Di sana juga masih banyak ilmu kebatinan yang dipakai warganya, trend  menggunakan ilmu hitam untuk menyantet orang tak jarang ditemukan. Oleh karena itu, ibunya Nurul yang dipanggil “Mamak” oleh Nurul ini terpaksa bohong kepada tetangganya bahwa sekarang nurul pergi merantau kuliah untuk menjadi guru, untuk menghindari orang sirik yang akan berbuat jahat. Karena di kampungnya belum ada yang menembus fakultas kedokteran.  Wow, masih ada loh santet di 2013!
              
  Semakin lama aku menyadari bahwa Nurul adalah sosok yang “unik”. Oke unik adalah bahasa halus dari aneh. Oke kenapa saya bilang aneh, yang pertama karena di sela-sela kesibukan kuliah, dia menyempatkan diri untuk mengajar di TPA yang berlokasi di Masjid Oman. Pasti kalian bingung, apanya yang aneh dari kegiatan mengajar ini? Justru bagus kan mengajar TPA? Iya tentu saja sangat bagus, namun ‘Ustadzah Nurul’ ini aneh saat mengajar. Suatu hari iya bercerita. “Susah ya menghadapi anak-anak kecil, Nurul capek jadinya. Anak itu pada ribut kalau Nurul ngajar. Kan waktu itu mereka ribut, Nurul bilang kayak gini, Anak-anak jangan ribut ya, kalau ribut nanti ustadzah marah, kalau ustadzah marah nanti keluar asap dari telinga ustadzah, mau liat? Nah anak-anak itu tetap ribut” . well yaiyalah mereka malah semakin ribut, jika aku yang menjadi anak murid TPA malah aku akan semakin ribut, karena aku ingin melihat hal langka. Kapan lagi coba di cuaca yang panas seperti ini bisa melihat asap keluar dari kuping?

Keanehan kedua, gadis yang sangat obsesi menjadi spesialis jiwa justru menurut saya membutuhkan psikiater, kenapa? Waktu kami mengerjakan tugas kelompok, Nurul kembali bercerita bahwa dia pernah bereksperimen ditahun 2013 ini untuk sekali tidak melakukan suatu kewajibannya yang cukup fatal jika ditinggalkan. Katanya saat meninggalkan kewajiban itu rasanya sangat tidak tenang kawan-kawan, tapi Nurul coba sekali saja untuk ditinggalin. Oke kali ini jangan dicontoh.

Ketiga, Nurul adalah anak Bener Meriah yang sangat kuat, terbukti jika terkena pukulan atau cubitan dari si Nurul ini akan sangat sakit dan akan merasa nyut-nyutan. Ah andai saja waktu itu Nurul menerima tawaran aku untuk mengikuti lomba tarik tambang, mungkin tim ku akan mendapatkan posisi sebagai winner bukan sebagai runnerup. Ah sayang sekali dia menolaknya. 

Keempat, dari cerita Nurul sendiri bahwa ia sering menangis jika sendirian, katanya ada sesuatu yang lain dalam tubuhnya yang membuat ia tak bisa menahan tangis di malam hari. Oleh karena itu beberapa kali ia mengikuti terapi Ruqiah. Alhamdulillah sekarang sindrom menangisnya sudah jarang kambuh.

Dan yang kelima keanehan yang semakin sistemik pada jiwa Nurul ini, berbeda dengan kebanyakan orang, Nurul sangat menyukai budaya negara tetangga, taukah kamu negara apa? Ia sangat menyukai negara Malaysia, mulai dari lagu, bahasa, film bahkan dia terobsesi menikah dengan orang Malaysia. What?  Yaudah Rul aku doain kamu mendapatkan Pakchik yang baik hati, dan semoga kasus Manohara si wanita cantik tidak terulang lagi ya. By the way perasaan yang lagi booming tahun ini kan kebudayaan Korea, kenapa Nurul suka Malaysia ya? 

Bagaimanapun Nurul semoga pertemanan kita bisa menjadi semakin baik lagi, dan semoga semua target dan pesan yang ditempel di kamar Nurul bisa terwujud semua ^^

Kata Orang Ini Negara Surga


 Saya sudah lupa kapan terakhir kali saya cinta hidup di Indonesia, teringat dengan pertemuan pertama saya dengan sebuah dosen hukum yang kali itu mengajar mata kuliah umum PKN (Pendidikan Kewarganegaraan)di jurusan saya. Sebuah pertanyaan kecil yang dia lemparkan kepada kami, “Apa yang kamu banggakan sebagai bangsa Indonesia?” lalu, satu-persatu mulailah dia beberkan budaya masyarakat Indonesia yang “doyan” korupsi, pemalas, rajin membolak-balikan fakta, hukum sangat mudah dibeli, kemiskinan merajalela, tidak disiplin, pendidikan rendah, kriminalitas tinggi, respon lambat.  Maksud dari respon lambat adalah kalau sesuatu sudah di klaim bangsa lain sebagai warisan atau hak paten Negara tersebut, baru Negara ini akan merespon keras. Woy selama ini kemana aja? Saat itu saya spontan menjawab “Bangga sama alam Indonesia pak, keren!”. Si bapak lagsung menjawab, ”benar juga kamu, tetapi  yang menciptakan alam yang indah kan Tuhan, kenapa kita yang bangga? Justru bangsa ini malah merusak alam tersebut”. Aku manggut-manggut tanda setuju dengan bapak. Mulailah saya mempertanyakan kebanggaan saya sendiri akan bangsa ini.
 
 

Bagi sebagian orang hidup di negara ini kadang bisa menjadi anugerah. Hah ? Masih adakah yang berfikir seperti itu?  Ya, semua orang tahu betapa beruntungnya Indonesia dengan iklim tropisnya, sepanjang tahun tidak perlu merubah ketebalan baju yang kita pakai, tidak butuh mesin penghangat tubuh saat musim dingin, tidak perlu sepatu boot untuk berjalan di salju, tidak perlu juga “ngungsi” ke Negara lain karena panasnya tempat tinggal saat kemarau, bunga-bunga terus bermekaran sepanjang tahun tanpa perlu musim semi. Dan apa kamu masih ingat pepatah nenek moyang kita? “jika kamu tancapkan tongkat, tongkat itu akan  tumbuh menjadi tanaman”.  Kata orang ini negara surga, tetapi aku tidak tahu kapan terakhir kali negara ini disebut “surga”, mungkin saat itu aku belum lahir. Sebenarnya banyak hal baik yang diwariskan oleh pendahulu bangsa ini, mulai dari semangat juang yang tinggi dan keberanian melawan para penjajah, budaya ramah dan santun kepada semua orang, dan juga gotong-royong  yang mendarah daging.Taukah kalian? Bahwa dahulu jika ada seseorang yang ingin mendirikan bangunan, maka dengan senang hati para tetangga akan berdatangan saling bahu-membahu mengerjakan bersama hingga bangunan itu selesai.

Negara ini memang terlalu banyak anomali, mulai dari pelajar yang hobi menyontek, pengusaha yang curang, hakim yang tidak jujur, pemerintah korup, bangga merek luar negeri,  jarang saya temukan bangsa ini yang bangga produk dalam negeri. Mereka asik dengan lagu-lagu barat yang belum tentu mengerti artinya, heboh mengumumkan ke seluruh tetangga tentang tas yang langsung dibeli dari Eropa, atau bahkan anti dengan makanan tradisional. Mereka justru bangga dengan fast food. Padahal  jika ditinjau dari segi medis justru fast food menjadi penyebab berbagaimacam penyakit. Bangga kok sama sumber penyakit toh? Dan satu lagi yang paling penting, bangsa ini sangat mudah terprovokasi dalam berbagai hal, mulai dari agama, suku, adat, bahkan partai sekalipun. Memang faktanya negara ini adalah negara heterogen, lebih dari 400 suku ada di negara ini dengan hukum adat dan kebiasaan tersendiri, jadi sah-sah saja jika sesekali ada perpecahan. Namun, tidak dapat dipungkiri, selain tingkat keegoisan yang tinggi dari individu masyarakat bangsa ini, ada faktor pendidikan rendah yang berdampak masyarakat tidak  bisa berfikir dengan kritis. Kebanyakan masyarakat  menelan mentah-mentah informasi  dari  pihak provokator yang tidak bertanggung jawab.  Itulah penyebab sering terjadi perpecahan dalam negara surga ini.  Wajarlah orang berduit dan pintar pergi jauh dari negara ini, mungkin mereka sudah muak dengan kebobrokan yang semakin sistemik di negara ini.

Semakin lama saya semakin sadar betapa makin terkikisnya fondasi bangsa ini. Di mana Bhineka Tunggal Ika yang dahulu negara ini banggakan? Masihkah Pancasila menjadi landasan bangsa ini? Semoga kenikmatan yang telah di berikan Tuhan pada bangsa ini tidak di cabut karena murka dengan sikap penduduk bangsa ini dan juga semoga warisan keluhuran budi leluhur kita tidak akan menjadi kenangan semata.

Minggu, 12 Mei 2013

oh sunday ~

hari yang panjang bin melelahkan, ada apa dengan hari ini?
ini hari Minggu? Yes, it means no kuliah, no campus. gue awali hari ini dengan... piket kosan -_- ugh, yaudah lah ya, demi kenyamanan kita semua, akhirnya gue kerjain juga, setelah selesai.. yeye lalala yeyeyeye lalala saya mulai menyusun rencana indah.....hmmm mulai dari lari di jogging track baru di kampus, leha-leha nonton tv, tidur, main waaaah asiknya jika sehari saja bisa libur kayak gitu.

namun, kenyataan seringkali berbeda dengan harapan yang telah disusun indah... pada akhirnya tetep aja ke kampus.
ngapain sih hari Minggu masih ke kampus? ya sebenernya males juga sih, tapi hari ini itu ada TERAPI OSCE -> Tak Gentar Hadapi Osce kali ini foba yang buat, sebenernya sih ikut terapi ini sama sekali kaga diabsen dan gak masuk nilai akademik, tapi yaaa lu coba aja deh ikut Osce tanpa belajar pake alat-alat, kalo lu lulus sempurna ya itu pertolongan Allah. harus bersyukur.

Osce osce, walaupun osce gue masih 2 minggu lagi, rasanyaaa u,u susah untuk didefinisikan,Saat lu osce, semuanya bisa terjadi. mulai dari muka lu jadi pucet, badan lu gemeteran, perut lu sakit, apaan aja deh. pokoknya selain usaha dan do'a, lulus osce itu juga untung-untungan banget, yaa mirip lah kayak main togel, loh? bukan-bukan dari pada makin sesat, gue jelasin dikit nih tentang Osce, osce itu singkatan untuk objective structure clinical exam. jadi semua yang lu pelajari di kuliah introduksi dan skill lab akan diujikan, Osce adalah nilai yang paling menentukan, gak peduli seberapa bagus nilai pretest, kehadiran dan sikap lu berbulan-bulan, yang penting ya kalo Osce lu bagus, lu bisa dapet A, secara osce itu 80% sob nilai yang diambil.

Oke, osce itu biasanya lu masuk seorang diri pada ruangan yang berisi seorang Dokter sebagai observer yang berwenang memberi nilai, juga seoraang suporting staff yang bertugas membantu peralatan atau sebagainya. Biasanya per skill telah ditetapkan waktunya, dalam ruangan itu lu harus melakukan tindakan persis bagai dokter yang paling profesional, semua tindakan dan ucapan kita harus sesuai buku panduan.  Dan saat waktu habis, bel berbunyi lu harus pindah station ke ruangan berikutnya untuk melakukan tindakan yang jauh berbeda. begitu seterusnya. biasanya sekitar 10 skills station selebihnya adalah rest station.

oh gitu aja, terus dimana untung-untungannya? nah itu dia, semua terletak pada hari dan sesi lu kena osce dan yang paling penting itu di observer, kalo observernya kayak malaikat yaa pasti pgampang banget lu lulus. kalo observernya super perfect yaaaa siap-siap ngulang deh :]

well, itu semua nasib anak fk, korban sistem pendidikan Problem Based Learning. siapa suruh masuk FK?

lanjut yaaa, after terapi osce gue makan siang bareng mpok, bonar, kak eneng, sesama anak jawa, kami makan di warung nasi uduk betawi. aaaaa kangen kampung :'' abis itu, gue sama bonar lanjut belajar Osce lagi sampe mau magrib. segitunya kah Osce???? aah, jika kalian disini, kalian akan merasakan atmosfer Osce sob.

oke agar lebih meyakinkan gue kasih kutipan dari twitter "@ivanamauli OSCE itu ada ujian yg sudah tertera jawabannya, hehe ":osce itu adalah soal diberikannya kemudahan dan kemurahan hati observer-"


nah abisterapi,  belajar osce lanjutan di mbak moel brg bonar, bararah, roji, reza. pas pulang gue mampir dulu lah sebentar di tukang pulsa.  ada apa dengan 3 hari ini ................

"bang isi pulsa, yang 5rb aja"
"oke nomernya berapa?"
"0896xxxxxxx"
"iya udah, 7rb dek"
"Oke, eh udah masuk nih sms, loh tapi kok tidak terdefinisi?"
"lah, iya kok gagal dek? coba berapa nomernya?"
"oke ulang ya bang, 0896xxxxxxx.."
kali ini si abang semakin serius, sampe di ejanya kembari berulang nomer gue.
"iya bener bang!"
"kok gagal lagi?"
"ah masa bang? nih nomernya, kembali ku ulang 0896xxxx..." 
"tapi kok gagal lg dek? ini bener kan pulsa IM3?'
"nggak bang, saya kartunya 3, yaudah coba lg 3 bang inget!"
"oooh 3? hahahaha oooh kalo 3 ga ada dek, maaf yaa hahaha"
"oke bang, gapapa :/"
duit ku yang sudah kukasih pun ku tarik kembali
dan si abang masih ketawa, entah apa yang lucu...

 ada lagi nih dari hari ini, malemnya abis gue, bonar, ka dian dari survey buat rumah baru ditahun depan, nah gue kan mau isi pulsa entah kenapa hari ini susah banget nemuin tukang pulsa yang ada stok kartu tri.
gue sempet berenti di beberapa tempat dan nihil, akhirnya gue menemukan abang pulsa di pinggir jalan. saat itu kira-kira jam 10 malem.

"tuh coba lu beli pulsa disana sebrang jalan"
"iya deh, tapi lu jagain motor gue ya"
"iya, udah sono gih lu"
oke, akhirnya gue nyebrang jalan dan alhamdulillah sesuatu banget, akhirnya pulsa gue berhasil terisi,
"berapa bang? "
"6rb dek"
oke gue buka dompet dengan PD dan, ternyata duit gue ketinggalan di tas, di dompet cuma ada 4500.
duh, panik....
"eh bang, tunggu bentar  ajaaa,"
muka si abang mulai BT, mungkin dia kira gue bakal kabur
gue nyebrang lagi untuk cuma pinjem duit ke bonar
"bon, pinjem duit, duit gue ketinggalan"
"eh gue kaga ada duit?"
"serius, 2rb aja"
"eh kalo itu sih gue ada"
alhamdulillah, gue berhasil membayar lunas pulsa ke si abang saat itu juga, end  -.,-
.


Sabtu, 11 Mei 2013

#cerpen Impian Rina


Impian Rina
 oleh Siti Harisah

“Anak-anak ibu minta perhatiannya sebentar! Coba masing-masing lihat jam!” suara bu Maya langsung memecahkan kebisingan, membuyarkan setiap lamunan dan merubah suasana dalam bis yang tadinya ceria seketika tegang. Maklumlah, dalam bis ini isinya para anak remaja galau kecuali pak supir, kenek, dan bu Maya. Hening, sebentar lagi setiap anak dalam bis ini akan mengetahui kelanjutan hidupnya selama tiga tahun kedepan.
“Nah, udah pada lihat jam semua kan?” seru bu Maya.
“Udah buuuu…..” suara mereka serempak.
“Ya, sekarang sudah menunjukkan pukul 10.00 wib, saatnya ibu memberi tahukan kepada kalian hasil Ujian Nasional kalian!” Ujar bu Maya.

Seketika raut muka teman-temanku yang sedang dalam perjalanan studytour menuju kota Bandung ini berubah, begitu pula aku. Tidak terasa keringat dingin mulai mengumpul di sekitar dahi dan telapak tanganku. Kulirik Shinta sahabat yang duduk di sebelahku pun raut mukanya mulai berubah menjadi serius. Dengan pipi super tembam dan wajah polos blasteran Jawa-Arab serta ekspresi galau menunggu nilainya keluar sungguh lucu. Hahahha tapi aku sedang tidak berminat untuk meledek atau mengganggunya, mukaku sendiri mungkin ekspresinya jauh lebih buruk dan jauh lebih aneh.

“Iya bu, udah jam 10 nih, cepetan dong bu kasih tahu nilainya, penasaran banget nih. Rasanya itu kayak lagi nunggu azan magrib pas puasa. Deg deg serrrr!” seru Rizal sang ketua kelas yang sering ceplas-ceplos itu.
“Iya sabar dong, sini kamu bantuin ibu bacakan hasil nilai ujian teman-teman kamu ini di depan!” ujar bu Maya.
“oke bu!” seru Rizal sambil melangkah ke depan sambil nyengir kuda.
Aku fikir hanya Rizal di situasi segenting ini bisa-bisanya nyengir kayak gitu.

Satu per-satu nilai dibacakan dan alhasil ekspresi kawan-kawanku pun langsung berubah menjadi berbagai macam. Semua ketegangan menguap menjadi senyuman sumringah super membahana ataupun tangisan yang sangat memilukan.

Berjarak dua bangku depanku, si Stella gadis manis yang lembut itu seketika menggumpalkan tangannya meninju atap langit bis sambil bersorak “Yes !!! Alhamdulillah….!” Lalu Stella sibuk mencari handphone lalu mengabarkan ke keluarganya berita gembira ini, sepertinya Stella berada di posisi sangat aman untuk masuk ke sekolah idamannya. Ah mungkin hatinya sekarang jauh lebih banyak bunga dibandingkan dengan kota kembang ini.

Si Agus, sahabat bermainku dan teman yang cukup setia ini juga ekspresinya berubah, senyum super sumringah iya tebar sepanjang jalan. Nilainya sungguh baik dan memuaskan. Aku ingat, kami pernah berjanji untuk masuk ke SMA yang sama, ya harapan indah dua orang sahabat untuk masuk ke sebuah SMA favorit.
Sebelah kiri, selang satu bangku dari tempat dudukku Tara tak kuasa menahan air mata karena hasil nilainya yang rendah, sedangkan Shinta sahabatku yang tadi mukanya sangat lucu itu pun langsung menunduk dalam saat nilainya selesai dibacakan oleh Rizal sang ketua kelas. Ya, Shinta juga mendapatkan nilai yang cukup rendah, namun memang tidak serendah Tara.

Sedangkan aku? Hmmm sebenarnya hatiku sangat sedih, hatiku remuk karena nilai yang ku dapatkan tidak seperti prediksi dan hasil tryout sebelumnya yang jauh lebih bagus. Sungguh, tapi saat itu aku tidak layak bersedih apalagi menangis, karena nilaiku masih diatas Tara dan Shinta namun dibawah Agus dan Stella. Aku datar, namun mencoba memberikan semangat kepada Tara dan Shinta. Harusnya saat itu aku bersyukur karena nilaiku termasuk aman untuk masuk SMA negeri yang baik, tapi bukan yang aku impikan. Aku sadar betul nilaiku baik, namun saingan yang sangat banyak akan menanti di pintu gerbang SMA Citra Bangsa. Aku gelisah, nilaiku meragukan dan di ambang batas. Bagaimana dengan nasibku nanti? Ah hanya Tuhan yang Maha Tahu. 

Dengan kecepatan sedang bis terus melaju, menuju kota tujuan kami, kota kembang untuk melaksanakan acara perpisahan.
# # #
                Sesampainnya di Bandung, kami melupakan suasana dalam bis tepat pukul 10.00 wib tadi. Di kota ini kami bersuka ria bermain, berkejaran, dan berfoto yang mungkin untuk terakhir kalinya bersama teman SMP, dilanjutkan dengan makan siang yang hmmmm yummy! sehari full kami bergembira, tak ada satupun dari kami yang mencoba merusak suasana dengan membahas nilai Ujian Nasional. Sejenak, kami biarkan aura dalam bis tadi pagi menguap di langit-langit kota kembang ini. Matahari mulai bergeser dari tahtanya, senja pun menyembul dengan cantiknya. Rombongan mulai bergegas melakukan perjalanan pulang. Tidak banyak kata selama perjalanan pulang. Sebagian besar kelelahan dan tertidur dengan pulasnya dalam bis, sedangkan aku asyik melayang dengan lamunan dan mencoba memprediksi SMA mana yang akan menerimaku.
# # #
                Pukul 12.00, Hari ini adalah hari ketiga pendaftaran SMA, semua bisa diproses secara online dan hasilnya bisa kita lihat dari rumah. Huaaa, aku makin kacau saja. Sejauh ini sih namaku masih berada di SMA Citra Bangsa, impianku sejak dahulu. SMA Citra Bangsa adalah SMA kakakku dahulu, betapa malunya aku pada kakak dan kedua orangtuaku jika aku sampai tidak di terima. Sekarang posisi namaku ada di urutan bawah, garda terbelakang, calon lengser jika ada 3 orang saja yang nilainya lebih tinggi dariku memilih SMA Citra Bangsa juga, maka tamatlah riwayatku. Jantungku semakin berdegup kencang, tak sabar menunggu jam 3, final dari semuanya. Sejauh ini akupun berharap posisiku bertahan di SMA Citra Bangsa.
                Bunyi ringtone telepon rumah dari arah ruang tamu memecah suasana
                “Rina, ada telepon, tolong angkat ya nak!” seru bunda dari dapur.
                “Iya bun, sebentar!” sahutku dari dalam kamar sambil bergegas berjalan kearah ruang tamu tempat telepon berdering.
                “Halo, Assalamualaikum!” sapaku ramah kepada orang yang menelepon.
                “Walaikumsalam Rin, ini gue Agus!” sahut Agus dari sebrang telepon.
                “Eh, elu gus, kenapa?” tanyaku mulai malas.
                “Lemes banget suara lu, Rin, nama kita masih ada di SMA Citra Bangsa loh! lu yang excited dong!” seru Agus bersemangat
                “Iya, terus kenapa? Lu mah enak namanya masih di urutan atas, posisi lu aman banget gus, lah gua? Gawat darurat militer! Udah bahaya nih. Calon di lempar sebentar lagi, nggak usah banyak orang, cukup tiga orang aja yang masuk, riwayat gue di Citra Bangsa tamat gus!” seruku getir.
                “Ah, elu pesimis banget Rin! Makanya berdo’a, gue bantu do’a dari sini. Lu semangat dong, berdo’a yang khusyuk!” suara Agus dari sana masih terdengar bersemangat.
                “Iya, waktunya tinggal sedikit lagi. Semoga ya. Lu bantu do’anya yang bener ya biar makbul” sahutku mencoba positive thingking seperti Agus.
                “Oke Rin! Cumungut yaaa!” ledek Agus.
                “Iya bawel! alay banget bahasa lu!” aku sewot.
                “hahahaha. yaudah yaa, wasalam. Nanti jam 3 sore gue telpon lu lagi, kita lihat hasilnya!”
“oke, walaikumsalam….!”
# # #
                Mataku bengkak, air mataku tak kunjung surut, lemas, sedih. Selama ini aku gembar-gembor ke seluruh penjuru dunia bahwa aku akan masuk SMA Citra Bangsa. Memang aku sendiri pun merasa bahwa itu berlebihan, namun duniaku sekarang seolah runtuh. Aku malas sekolah, aku tidak mau sekolah di tempat lain. Ya, di menit-menit terakhir aku di depak dari SMA Citra Bangsa keluar, dan sekarang aku masuk di pilihan keduaku yang sama sekali tidak aku harapkan. Aku diterima di SMA Tunas Muda yang meskipun akreditasnya cukup baik dan banyak peminatnya, tetapi tetap saja, Tunas Muda bukan impianku, aku kecewa, sangat kecewa. Sahabatku Agus berhasil masuk SMA Citra Bangsa, dan soal sahabatku yang lain seperti Shinta dan Tara, kabarnya aku dengar mereka masuk SMA Swasta.
# # #
                Hari pertama masuk SMA pun dimulai, aku terpaksa masuk diantar oleh kakakku yang saat itu sedang libur kuliah, motornya tepat berhenti di depan pintu gerbang sekolah. Sebuah hal langka aku diantar kakakku, biasanya aku disuruh naik angkot sendiri. Ya, orangtuaku menyuruh kakakku untuk mengantar ke sekolah baru. Mungkin karena keluargaku takut aku kabur dan membolos karena kecewa berat masuk SMA Tunas Muda, fikirku dalam hati.
                “Rina pesek! Sekolah yang bener ya! Eh nanti lu baliknya gimana?” seru kakakku.
                “Ah sekate-kate banget lu kalo ngomong, gampang soal pulang mah! Yaudah ya, udah mau masuk gue, daaah!” seruku sambil turun dari motor dan berjalan memasuki gerbong sekolah dengan lemas dan ekspresi datar.
                “Rinaaa!” teriak seseorang dari jauh.
                “Eeeh?” aku celingak-celinguk mencari sumber suara.
                “Ini gue, temen SD lu!” seru cewek yang sekarang tepat berhadapan di depanku, dengan style yang sangat aneh, yaaa rambut keriting dan kacamata besar. Kuno abis!
                “Ooooh Firda ya?” jawabku ragu.
                “Iyaa, ini gue Firda, lu masuk SMA ini juga? Enak dong kita barengan lagi!” seru Firda bersemangat.
                “hmmm, iya mungkin bakal seru!” jawabku pendek tidak bersemangat.
                “Lu kelas berapa?” tanyanya makin antusias.
                “10C!” aku semakin malas mejawab.
                “Waaah, sama! kita duduk bareng ya!” seru Firda.
                “Iya!” jawabku singkat. Karena kebetulan aku belum mempunyai teman sebangku dan akupun bingung dengan semua suasana baru ini. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju kelas 10C.

                Sampai di kelas, kami mencari bangku yang paling strategis. Baru sebentar kami duduk, masuklah dua senior dengan seragam putih-abu-abu yang cool dan kece abis. Kedua senior itu berhasil membuat semua mata di kelas baruku tertuju kapada mereka. Tanpa banyak basa-basi, mereka langsung memperkenalkan diri, yang satu namanya kak Andi, dan yang satu lagi namanya kak Tyara. Setelah perkenalan mereka selesai, mereka pun memberi instruksi kepada kami agar kami yang gantian memperkenalkan diri. 

                “Oke adik-adik biar lebih akrab nih, coba kalian perkenalkan diri masing-masing! Nama lengkap dan alasan memilih sekolah ini!” seru kak Tyara.
                Satu per satu siswa baru kelas 10C ini dengan semangat memperkenalkan diri. Alasan masuk SMA ini juga beraneka macam, ada yang bilang bahwa ini memang cita-citanya, ada yang bilang disuruh orangtua, ada yang mengaku disuruh kakak, dan juga yang bilang kalau SMA ini dekat dari rumahnya. Sejauh ini suasana masih nyaman dan semuanya berjalan lancar, sampai tiba di giliranku.
                “Oke, perkenalkan nama saya Rina Rizky Lestari, hmmmm alasan saya memilih sekolah ini karena ini pilihan kedua, saya lengser dari SMA Citra Baangsa!” seruku seadanya.
#jger! Semua mata langsung menatapku tajam, terutama kak Andi dan Kak Tyara. Terlihat sekali bahwa mereka semua kaget dan entahlah, aku takbisa menggambarkan situasi saat itu.
“Aduh mati deh gue, salah ngomong ya?’ bisikku pada pada Firda.
Firda menggelengkan kepala dan mengangkat bahu.
“Sekolah ini juga bagus kok dek, harusnya kamu bersyukur bisa diterima disini, tahun ini peminatnya seribu lebih, dan hanya tiga ratus orang yang diterima. Kamu termasuk beruntung bisa diterima disini. Gurunya juga sangat berkompeten dan banyak kegiatan menarik di sekolah ini. Coba aja, nanti kamu juga bakal ngerasain itu sendiri!” sambar kak Andi.
“Eeeeh… Iyaa kaak, Alhamdulillah bisa diterima disini!” jawabku kelu.
# # #
                Benar saja, selang tiga bulan. Ujian blok pertama pada semester ini diselenggarakan, menurutku soalnya itu sangat susah. Hasilnya pun sudah bisa ditebak, aku tidak lulus standar ketuntasan minimal. Firda teman sebangkuku yang pas pertama kali masuk SMA gayanya gak banget itu nilainya melejit dengan nilai sempurna. Aku tertegun dan berlari ke tolilet sekolah, aku sangat sedih dengan nilaiku. Saat aku sedang terisak dalam toilet, Firda datang dengan cantiknya menghampiriku bagai bidadari. Firda berjanji akan mengajariku untuk menempuh ujian remedial yang seminggu lagi akan diadakan. Dan bukan hanya Firda, guruku pun dengan tulus memberi pelajaran tambahan kepada kami yang tidak lulus sampai benar-benar mengerti materinya. Ujian remedial pun digelar, hasilnya aku lulus meski dengan nilai seadanya, namun aku bangga karena sekarang aku mengerti materinya. Dan dengan berjalannya hari, semakin lama kecintaanku pada sekolah ini mulai tumbuh, awalnya satu, lalu bagai terkena virus yang mahadasyat cinta itu menjalar dengan cepat dan menginfeksi seluruh jiwaku. Sekarang dan selamanya, aku akan mencintai sekolah ini.