Kamis, 20 Juni 2013

mas, ini timun #bagian 1



Siapa yang tak ingin memiliki sebuah keluarga bahagia, sepasang suami-istri yang saling mencintai dilengkapi dengan buah hati yang cerdas. Sebuah keluarga yang tiap detiknya dihiasi dengan kelembutan dan setiap menitnya  diisi dengan kasih sayang, cinta dan tanggunng jawab. Setiap individu dalam keluarga menjalankan tugas dalam harmonisasi yang sempurna, ayah mencari nafkah, ibu membuatkan sarapan dan anak yang penurut. Pasti setiap makhluk Tuhan di bumi akan cemburu melihatnya. Sayangnya takdir indah itu tidak selalu menjadi bagian dari setiap makhluk Tuhan yang bernama manusia di bumi ini. Faktanya jauh api dari panggang, namun Tuhan pasti punya skenario yang paling baik untuk setiap hamba-hambanya.  

Mbok Sumi seorang janda paruh baya tinggal di sudut desa  yang terletak di pedalaman Jawa, hidupnya jauh dari kata menyenangkan, jangankan anak, suami saja tak punya. Mbok Sumi kehilangan suaminya untuk selama-lamanya tujuh tahun yang lalu. Saat itu baru dua minggu usia pernikahan mbok Sumi, suami mbok Sumi tertiban pohon yang tumbang saat pejalanan pulang dari ladang timun milik mereka. Seiring hari berlalu Mbok Sumi iri dengan tetangga yang memiliki keluarga utuh, apalagi semakin hari Ia semakin ingin memiliki seorang anak. Mbok Sumi merasa takdir tidak adil padanya, padahal selama ini ia selalu berbuat baik. Dan rasa iri ini mungkin yang pertama tumbuh subur di hatinya. Ia sebatang kara, usianya kini hampir menginjak 40 tahun, Ia mulai berfikir, jika lanjut usia nanti siapakah yang akan mengurus dirinya kelak? Ia sungguh kesepian, akhirnya pada suatu hari Ia membuat sebuah keputusan besar. 

Derasnya hujan dan gelegar suara petir di malam Jum’at kliwon tidak mengurungkan niat Mbok Sumi pergi ke puskesmas poli kandungan untuk  menculik seorang anak yang baru saja lahir dari seorang ibu muda, kala itu jam dinding berdentang genap duabelas kali, para perawat tampak kelelahan di duduk di meja jaga. Dengan gerakan gesit dan hati-hati Mbok Sumi akhirnya berhasil membawa kabur si bayi mungil malang itu. 

Berita hilangnya bayi mungil itu mulai tersebar ke seluruh kampung, Mbok Sumi mulai cemas jika Ia tertangkap tangan oleh aparat desa sedang bersama bayi yang hilang itu. Mbok Sumi memutuskan untuk pindah ke desa sebrang yang berjarak cukup jauh dari desanya sekarang. Pagi buta Ia menumpang truk sayur yang akan berangkat ke pasar. Sesampainya di pasar mbok Sumi memutuskan mencari pemukiman untuk mengontrak rumah agar Ia bisa melanjutkan hidup bersama bayinya sekarang. Akhirnya Ia mendapatkan sebuah kontrakan mungil yang cukup nyaman untuk ditempati. Mbok Sumi amat menyukai bayi itu, matanya bulat kulitnya putih dilengkapi dengan bibir mungil kemerahan. Mbok Sumi merasa mempunyai seorang anak adalah kebahagiaan terbesar selama hidupnya, untuk mengenang almarhum suaminya dan ladang timun milik mereka dahulu, Mbok Sumi memetuskan untuk memberi nama anaknya Timun perak.

Hari berlalu begitu cepat, tak terasa 17 tahun sejak peristiwa penculikan itu, sampai sekarang tidak pernah ada yang mengetahui rahasia besar Mbok Sumi. Timun tumbuh menjadi anak yang sangat membanggakan, Ia sangat menyukai belajar, Ia gadis yangcerdas, Ia berhasil menamatkan Sekolah Menengah Atas dengan nilai yang amat memuaskan, biaya sekolah pun Ia dapatkan dari beasiswa karena kepintarannya. Tak hanya itu, usai tamat SMA sebuah Universitas tinggi negeri di kotanya pun menerima Timun menjadi mahasiswa penerima undangan di salah satu jurusan favorit yaitu akuntansi. Mbok Sumi amat bangga dengan kepintaran anaknya, tak kuasa ia meneteskan air mata saat mengetahui pengumuman itu.

Timun memutuskan untuk memecahkan celengan yang sejak SMP sudah ia tabung untuk membeli perlengkapan belajar di kampus. Ia berniat membeli buku-buku literatur serta peralatan kampus. Sebelum membeli peralatan kampus, Timun sibuk mengurus berkas-berkas yang ia butuhkan untuk melanjutkan studinya. Gadis itu pergi ke sebuah gerai fotokopi untuk menduplikasikan berkas persyaratan yang dibutuhkan.  Ia terlihat resah karena sebentar lagi kantor bagian administrasi kampusnya akan tutup. Setelah berkas semua lengkap segera Ia meninggalkan tempat fotokopi menuju kantor administrasi. Ia lega karena datang tepat pada waktunya. Hari makin larut, timun memutuskan menaiki dokar yang lewat depan kampusnya, “pakle depan toko kue itu tolong minggir ya pak le!” kusir dokar pun berhenti sesuai perintah. “loh duitku ntek loh? Dompet ku!... tolong copet, copet!”


#jeng jeng jeng.............. bersambung, gatau kapan ada lanjutannya hehehe

Rabu, 19 Juni 2013

minuman...


 

'minuman lu dari dulu kaga berubah-berubah, itu aja..' si mpok dari motor, nengok ke belakang. eh bagi dong.

'eh?' refleks aku melihat tangan sedang memegang teh dalam kemasan sambil menyodorkan ke mpok. iya juga, minuman gue dari dulu emang teh, dari kecil kalau pergi makan bakso, di jalan, dimana aja kapan aja, mau makan apapun minumnya teh *eh jadi kayak iklan itu..... kalo dulu sih gak tau kenapa milih teh, padahal kaka gue atau ortu gue beli es campur, es jeruk apalah tp gue malah milih teh botol, dan sampe sekarang gue masih milih teh buat minum dijalan, alesannya selain praktis yaaa lebih murah, jujur kalo ditawarin mah sekarang gue lebih milih jus terong belanda. buat orang jawa yg belom pernah nyobain jus terong belanda, itu enak banget, antioksidannya juga banyak, terong belanda itu jangan lu bayangin kayak terong biasa yang suka disambelin buat lauk itu, ini beda! enaaaak bgt~~~ so cobain lah,disini banyak banget buahnya, visit aceh 2013!!!

ohiya ngomong-ngomong soal teh, ternyata gue baru tau pas lagi lingkaran cinta mingguan, maklum murabbi gue seorang dokter jadi bahasannya selain keislaman kadang disisipi info kesehatan, jadi ternyata kalau makan dikombinasikan sama minum teh itu efeknya kurang bagus untuk pencernaan, jadi gantilah menu makan siang anda di kantin nasi+ teh jadi nasi+jus atau kalau anda orang yang kere jadi nasi+air putih boleh juga hehe

jadi mau cerita nih, jadi dulu pas gue kecil kalo diajak pergi pasti gue gampang haus dijalan, padahal baru sampe depan gang rumah, udah ngerengek sama emak... maaa hauss teh botoool......... lalu mama menyesal karena ga bawa minum

oke hari berikutnya kalau pergi mama, mama mensiasati membawa minuman biar anaknya ga ngabisin duit di jalan dikit2 minta minuum.. dan bener aja, baru keluar gang tepat setelah naik angkot, gue bilang maa... haus, mama dengan senyumnya menyodorkan minuman. dalam hati, yah mama bawa minum lagi ......... ma, ga dingin.... yaudah minum aja. entah apa yg ada di pikiran anak kecil, aku cepat-cepat habiskan minumnya agar tetap bisa dibelikan minum.

beberapa hari berikutnya... mama emang orang yang paling prepare. kali ini mama membawa beberapa botol minuman, ada teh ada air putih, tidak hanya itu mama memasukan minuman sebelumnya ke freezer biar waktu di jalan tetap dingin. tapi tetap aja sensasi beli minuman diliuar itu lebih enak dari pada bawa sendiri. hmmm ah dasar, itu perasaan aja.

mama juara emak prepare banget deh, si mpok kan pernah sakit pas SMA gara-gara kecapekan, sampe kena hepatitis A. katanya sih solusinya selain obat dokter+istirahat+minum temulawak bayakin minum glukosa. sejak saat itu hampir setiap hari di kulkas gue ada es buah, isinya ganti_ganti. kadang blewah, melon, pepaya. kadang-kadang diganti juga sama jus, selain karena kalo belum dibuat jus pada males makan buah, jadi emak buatin deh jus jambu, mangga, strawberry, jus jeruk apa aja deh... bahkan sampe gue mau masuk kuliah, di kulkas pasti ada minuman fresh gituuu... hmmmm kangen emak nih kalo kayak gini jadinya u,u andai emak tahuuu, dulu gue minum jus seenaknya aja bergelas-gelas, sekarang satu gelas 8000 huaaaa derita anak kos :'(

tapi untungnya karena semester depan gue mau pindah dari kosan ke rumah, jadi bisa beli kulkas..... yeye lalala yeyeye lalala kulkas adalah benda paling berharga di Banda Aceh yg so hot ini, dan emak gue nyuruh beli blender! doble wow banget, jd pasti lebih irit kaga ngabisin 8000 untuk sekali minum doang hehehe

udah itu aja curhat gue seputar minman