Capek
rasanya kalo punya temen dekat yang lagi falling
in love, ngitungin detik-demi detik sampai udah berapa hari mereka jadian. Hari
ke 7 “Gue udah happy anniversary a week
Ti, Lu nggak ngucapin selamat?” Dengan senyum mengembang temanku
menghampiri meja sekolahku. “Eh, iyaa
selamat yaa....” Sebulan kemudian saat kami lagi bermain bersama “Gue
anniversary lagi nih yang ke sebulan, rayain dimana ya Ti nanti apa mie ayam
pak haji itu” Tanyanya minta saran dengan muka serius "Eh terserah lu, Dia suka mie ayam kaga?" Jawabku bingung. Terus dua bulan kemudian “Kemaren
gue anniv bulan kedua, kok Dia
datar-datar aja sih? Apa lupa? Bete banget nih… Apa Dia ada cewe lain
sekarang? Mungkin nggak Ti? TIDAKKK!!”
Ada lagi tipe ke2 orang yang diciptakan tidak bisa jomblo. Orang bilang jomblo kayak gini
itu opportunitis. Sampe kita tidak tahu
standar pasangannya seperti apa. Ketika dia lagi “Kosong” Siapa saja yang
bilang cinta sama orang tipe ini dengan memberikan sedikit gombalan dua hari
kemudian langsung “Jadian”. Orang kayak gini biasanya gatel-gatel kalo nggak
pacaran. Ngitungin udah berapa lama ngejomblo. “Coba lu bayangin udah
setahun gue nggak punya pacar Ti!” Sambil
ekspresif banget, macam lagi ikut lomba baca puisi tujuh belas
agustusan. Aku
manggut-manggut sok mengerti sambil menepuk punggung sahabatku. “Sabar yaa…”. Eh abis itu besoknya "Guess whattt? Tiiiiii!!!!! tebak, semalem gue jadian loooh sama Dia!" sumringah si sohib kasih kabar. Aku yang waktu itu ngebayangin pacar barunya cuma bisa "HAH? yaudah deh selamat" Sama sekalian minta traktir Pajak Jadian (ini namanya temen oportunistik jangan ditiru, sekarang udah nggak kok)
Well,
kalau semua orang mulai gelisah jika tidak punya pacar sebulan, lalu orang
tersebut akan merasa hina kalau tidak punya pacar menginjak tahunan. Lalu
aku? Hmmm sekalipun aku belum pernah
berpacaran. Dari lahir bahkan, kongenital bahasa kedokterannya. Sekarang usiaku sudah menginjak 19 tahun. Mungkin mereka pikir aku hina dina merana menari dimenara kali ya, wkwk
Sewaktu
SMA dulu atas saran dari ibuku, aku masuk ke Organisasi ROHIS (Rohani Islam).
Pergaulanku sedikit berbeda sekarang lebih islami bisa dibilang, dan sedikit jadi rajin belajar.
“Eh kamu udah pernah pacaran
belum Ti?” Tanya salah satu sahabat di ROHIS ku.
Dengan
santai aku menjawab “Nggak pernah, kalo kamu?”
“Sama, aku juga belum
pernah. Bentar doang waktu SMP cuma tiga hari.”
“Itu sama aja udah pernah
woy, ckckck” Aku tertawa mendengarnya
“Tapikan cuma sebentar
aja, nggak ngapa-ngapain kok.” Jawab samabatku
membela diri.
“Wah bagus dong kalo
gitu..” Aku acungkan dua jempol untuk sahabatku
yang ini.
Intinya
tetap saja, sangat jarang apalagi untuk anak yang tinggal di wilayah Ibukota
yang belum pernah pacaran sama sekali. Aku merasa beruntung karena ibuku selalu
memberikan perhatian dan penjagaan padaku sampai aku tidak pernah pacaran
hingga sekarang. "Mama dulu karena ga ngerti agama aja ti, makanya waktu muda pacaran. Kamu jangan ya"
Awalnya
aku sempat penasaran seperti apa rasanya pacaran, karena tetanggaku sudah
pacaran. Padahal
saat itu kami masih berada di Sekolah Dasar kelas lima. Tetapi aku selalu
menginngat kalimat ibuku yang diulang beberapa kali.“Ti, pokoknya kamu
jangan pacaran ya, awas nanti kalau pacaran langsung Mama nikahin nanti.” Bagai
disambar petir rasanya. Mana mungkin aku yang masih SD harus menikah? Karena
takut Aku memutuskan untuk mengikuti perintah ibuku.
Namun
bagiku sekarang, hidup tanpa pacaran alias Jomblo adalah pilihan. Bukan karena
perintah dari ibuku, bukan pula hinaan apalagi siksaan. Aku jomblo ideologis
bukan opportunis. Aku sadar betul jodoh telah di tetapkan Allah di Lauh Mahfudz
bahkan sebelum aku mengenal cinta. Aku
yakin, jodohku pada akhirnya datang pada waktu yang tepat. Dan ketika Allah
telah mempertemukan aku dengan pasanganku, Aku bisa memastikan bahwa Ia yang
pertama buatku. InsyaAllah