Selasa, 07 Oktober 2014

Rabitah

Percaya ga kalau rabitah itu working? Ya terserah sih mau percaya apa nggak. Jadi gini ceritanya akhir-akhir ini lagi kangen pake banget sama ukhti yang agak alay jauh di pedalaman jawa barat sana. Hihi yaudah deh aku kirimin rabitah, baru dua hari loh aku kirimin, hasilnya langsung datang.

Oke hari itu akhirnya tiba, jeng jeeng... hari apa? Hari praktikum. Tapi kali ini bukan praktikum anatomi hehe. Praktikum farmakologi, sebelum masuk otomatis wajib buat WP (work plan) udah ubek-ubek buku obat-obat penting, farmakologi FK UI, Katzung, tetep aja ga nemu semua bahan untuk wp. Karena sudah frustasi yaudah tidur aja bentar abis salat isya.

Bangun kira-kira jam 1. Oke ini niat banget, padahal orang-orang nyantai banget fotokopi bahan orang lain. Aku emang ga suka banget kalo terlalu mainstream, nanti bahannya jadi sama. Walhasil sampe mau pagi masih ngerjain wp sekaligus belajar pretest. I'm not an obsessive girl, but I always depend on Allah and myself for every test. Jadi bela-belain banget gitu belajar? Padahal ga suka. Hehe

Nah pas abis praktikum farmakologi, mampir kantin bentar beli gorengan sama coklat dingin kayak biasa. Take time to relax bentar abis itu masuk ke kuliah KB you know what? the meaning of KB is keluarga barakah. Haha dua anak dua istri lebih baik? Terserah deh. We never knew what the future brings ya kan? :p

Nah abis itu kuliah sambil ngantuk-ngantuk karena belajar farmako, tiba-tiba nge check wa. Ada notif, biasanya paling dari my lovely family, eh tapi bukan. Dari temen SMA yg sekarang udah jadi ukhti-ukhti yang dua hari belakangan aku kirimin rabitah. Is it working? Working banget malaah.

tetiba dia ngirim foto, tulisannya "udah makan blm ti? Jangan lupa ngaji ti" wkwkwk care banget ga sih? tapi ada tulisan bawahnya. "gue kirim ginian karna tau lu nggak ada yang nanyain, hehe"

Korban #20facsaboutme


Temen-temen tau nggak sih yang lagi ngetrend banget di instagram itu tentang twenty facs about me? itu sebenernya cara gampang buat para stalker cari info gitu kan? dengan modus sebuah tantangan. Kalau buat aku sendiri, itu penting-penting nggak sih. yang jelas dengan adanya #20facsaboutme kita tau sebenernya diri kita itu apa, siapa, bagaimana dan ada dimana. wkwk buat aku juga #20facsaboutme is never enough, because i have thousand or maybe million facs about me

Semua orang pasti punya keunikan tersendiri, bisa diambil hikmah dari semuanya. Kalo positifnya menurut aku juga, kita jadi sedikit ngerti temen kita itu gimana. oke jadi gini kira kira. 

Awalnya ada kata2, oke kena tag nih, aku terima tantangan ini. (pake bahasa inggris biasanya)

1.  Passion untuk makan sangat besar. Penyuka hampir semua jenis makanan. mulai dari yang paling kampung sampe yang paling moderrn. Lidah kayak gini cocok untuk merantau, karena dapat di prediksi akan mudah bertahan dimana saja haha. yang penting halalan tayyiban pokoknya

2. Anak yang paling mal prestasi dirumah. sempet dikira anak tetangga karena seneng banget main. Piala dirumah puluhan punya kakak. kebagian tiap minggu cuma bersihin debu-debu.

3. Mau jadi ustadzah kayak mamah dedeh, atau al. Yoyoh Yusroh atau ibu Wiryaningsih. Mau masuk pasantren tapi dulu mama gak tega ngelepasnya.

4. Ada yang bilang mukanya mirip tetangga,  Kinaryosih sampe Selena Gomez. Ok well, mungkin kukunya yang mirip, atau yang bilang lagi ngigo T.T 

Nah kira gitu deeeh ................... dilanjutin deh sampe 20. Nah gimana? mau ikutan juga? wk

Sabtu, 13 September 2014

Kata orang murabbi itu jodoh
Kalau memang begitu aku tak tahu jodohku yang mana
Tapi aku beruntung sempat menjadi bagian waktu rabu mu
Waktu yang selalu ku tunggu

Ah pedih memang
Setahun rasanya tak pernah cukup untuk menimba ilmu darimu

Saat pulang kampung engkau yang teringat di benak ku
Bahan cerita serta kebanggaan kepada teman teman yang bahkan tidak mengenalmu
Melihat perjuangan dirimu untuk memberi materi
Saat sakit bahkan engkau rela mamakai masker
Engkau juga rela berdesakan ketika memberi materi di kamar sempit kawanku
Tanpa mengeluh sedikitpun, saat itu merubah posisi duduk pun sulit

Ketegasanmu yang kadang mencambukku
Pola pikiranmu yang modern
Tawamu yang renyah
Ilmumu yang banyak

Setiap mendengar lagu sang murabbi yang terbayang juga wajahmu
Semangat untuk menegakkan panji-panji Illahi
Ah jujur aku tak pernah mau membandingkan mu dengan yang lain
Saat perpisahan kemarin, mungkin air mataku yang pertama runtuh
Pertahananku memang sangat rapuh
Memangnya siapa yang rela dipisahkan dari guru, kakak, temannya?

Bagian ini yang paling aku benci
Aku harus rela berpisah
Semoga Allah selalu mengistiqomahkan langkahmu kak
Selamat berjuang di medan dakwah yang baru.
Aku sayang kakak

Semoga di 3 tahun mendatang ketika kita diizinkan bertemu kembali. Hafalan Al-Qur'anku bertambah banyak.

Karena engkau berpesan, hal yang pertama akan kau tanya ketika berjumpa dengan ku nanti adalah berapa hafalan Al-Qur'an mu kini?

Hadiah dari murabbiyahku saat hari lahirku ♥




Senin, 25 Agustus 2014

Dirgahayu Adik Kandung!

Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. (Qs. An-Nahl:1)

When I was just a little girl,
I asked my mother, "What will I be?
Will I be pretty? Will I be rich?"
Here's what she said to me

"Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera

What will be, will be"

When I grew up and fell in love
I asked my lover, "What lies ahead?
Will we have rainbows day after day?"
Here's what my lover said

"Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera

What will be, will be"

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi. 

Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana yang bakal ada di dalamnya.

Bukankah kita tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak? -La Tahzan on page 8

Jadi udah 20 tahun nih ya? udah ngapain aja selama ini? banyakan berbuat baik apa maksiat? huhu

ini tahun kedua ultah jauh dari mama dan papa ya sedih sih. memang selalu ada alasan untuk pulang dan berjuang.

Well, today is the day. ngomongin tentang milad/ ulang tahun/ birth day pasti nggak jauh-jauh dari ucapan ulang tahun.

sebenernya dalam islam itu kalau ulang tahun harusnya kita jadi ingat sama kematian. tapi di tahun kali ini belum ada yang benar-benar to the point bilang kalau "woi waktu lu tinggal dikit di bumi" mungkin mereka takut bikin aku sedih ya.

ucapan ulang tahunnya mulai dari yang paling standar sampe yang berat banget.dan kali ini emang agak unik-unik sih hehe

dari ngomongin soal kesehatan, cita-cita, cinta, sampe IPK. bahkan banyak yang doain aku biar nggak somnolen lagi. Aku terharu kalian sangat perhatian. I'm on ma way to burn my habit guys

yang paling pertama carli temen smp yang subhanallah semangat banget pukul 00.13 wib udah ngucapin HBD sm best wishes gitu. tapi tanggalnya salah. malah tanggal 24. wkwk

naris yang ngepost foto (gatau itu foto jaman kapan aja) sama tulisan yang pas dibaca bikin terharu.. ukhibbuki fillah bon..



terus pagi-pagi mpok bilang selamat ulang tahun sambil ngasih hadiah kantong kresek isinya sepatu sendal, abis itu dia buru-buru pergi koas 

kalo dianchai berkali-kali dia minta maaf karena lupa. Padahal dia masih ngucapin di hari yang benar. terus bikin tulisan sosweet banget.

ga pernah sekelas sama dia, tapi rasanya itu udah dekeeet banget. syukran ukhtiii


yang paling berat ucapan dari sang murabbiyah. "Selamat ulang tahun, Barakallah fi umrik Sitiku sayang. Semoga menjadi hafidzah daiyah" Aamiin banget kak, semoga malaikat mengaminkan do'a mu.

dan aku berdo'a untuk diriku kembali kepada Mu saat terbaikku yaa Allah....

Tapi di ultah kali ini aku jadi makin bersyukur banget sama Allah karena diberikan keluarga biologis, keluarga ideologis, keluarga sejawat, keluarga se-organisasi dan sepermainan yang sangat baik dan perhatian.

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? (Qs. Ar-Rahman: 25)

So jadi kata siapa jomblo itu sepi? hahaha


ini karya sahabat terkreatif sepanjang masa, yang ngajarin bikin clay, gelang makrame, mading. thanks septyara

yg ini karya dari buaji devina. temen ter-well prepared. si anak tunggal sangat mandiri.






Selasa, 05 Agustus 2014

Post Ramadan, Mau Dibawa Kemana?


Sunset Alue Naga
doc Pribadi

Assalamualaikum, halo-halo Depok semuanya. Lama ya vakum nulis di blog ini. Bukan berarti emang nggak nulis sama sekali, tetapi tulisan saya berpecah menjadi notes kecil di bawah catatan kuliah, rangkuman ujian atau tulisan tanpa judul di notes tablet saya yang harus saya relakan hilang karena ter-instal sama mbak-mbak teknisi dari salah satu perusahaan komputer tablet itu.

Tulisan saya juga masih sedikit-sedikit dapat ditemukan lalu lalang di dunia maya. Komen hiburan di status orang, sometimes sok komenin masalah pilpres sekali dua-kali karena memang selalu ada yang perlu di kritisi dan cerdasi dunia yang semakin-makin ini. And also the most important my script can be found on my lovely website: mediasyifa.org or several edition Arbor Vitae AMSA Indonesia.

Ramadan baru saja mampir dan pergi, hari-hari yang penuh kemuliaan itu baru saja berlalu. Sekarang Indonesia kembali seperti sediakala. Yang tadinya Indonesia seolah negara madani, sakinah, mawaddah, warahmah pokoknya jadi kembali ke wujudnya yang lama. Apa ini ciri gagal mendapatkan lailatul qadar? Saat Ramadan beberapa acara menghafal Al-Qur'an di stasiun tv yang bikin syahdu sekaligus minder bagi orang-orang yang umurnya jauh lebih tua. Ngapain aja lu selama ini?. Apa terlalu banyak maksiat hingga kalam Allah sulit untuk melekat ke hati?

Belum sebulan saudara-saudara, pelan tapi pasti. Beriringan dengan berat badan yang naik bersama the day after Ramadan. Pembawa acara yang sering terisak melihat kekuasaan Allah yang ditujukan kepada anak-anak kecil penghafal Al-Qur'an kembali membawakan acara dangdut bahkan gosip. Tidak habis pikir, apalagi laki-laki gitu kan? Apa yang mau Ia dapatkan dari gosip selalin uang dan menyakiti hati orang yang terkena gosip tersebut.

Nah mengingat setelah peningkatan ibadah yang tajam saat Ramadan dan penurunan ibadah yang drastis post Ramadan. Kemarin pas Ramadan beberapa malam rela ga tidur kan demi mencapai target tilawah atau dengan mengilas hafalan lama dan merajut hafalan baru meski tertatih. Sekarang di mana semangatnya? Agar tidak semakin futur dan futur. Yuk hidupkan kembali semangat Ramadan meski di bulan biasa. Mulai kebaikan meski sedikit. #SelfReminder



Kamis, 03 Juli 2014

Tarawih, Yuk Rapatkan Shafnya




Marhaban yaa Ramadan. Kalian seneng gak ketemu bulan Ramadan? Apa mau langsung lebaran aja biar dapet THR dari saudara sama tetangga? Anyway umur segini emang masih dapet ya? wkwk. Hmm sayang banget ya jika perasaannya biasa aja saat bulan mulia ini, apalagi kalau sampai bete karena males disuruh puasa. Nanti bibir pecah-pecah lah, dehidrasi, lemes, gak ada yang bangunin sahur lah. Bikin 1001 macam alasan yang nggak jelas.

Ada juga sih yang seneng datang Ramadan, tapi alesannya karena jadi ngirit jajannya, bisa numpang makan di masjid gratis. terus kalau untuk cewek-cewek lumayan lah program diet tahunan. Duh, plis deh hari gini masih mikir kayak gitu. Harusnya kita seneng dateng bulan suci Ramadan ini karena pada bulan ini kalau kita melakukan kebaikan pahalanya jadi berlipat-lipat, yang super duper penting sekarang para setan lagi di belenggu.


Berbicara tentang Ramadan, kita pasti tidak asing sama yang namanya qiam ramadan atau yang sering kita sebut dengan salat tarawih. Berbicara tentang salat tarawih saya menemukan fakta di lapangan (red-beberapa masjid) bahwa shaf salat tarawih penuh dan teratur di awal ramadan bahkan sampai berdesakan. Semakin lama shaf salat semakin kosong. 


Untuk jamaah perempuan, mungkin kita harus ber-khusnudzan bahwa bisa jadi jamaah sedang sakit, bisa juga sedang menstruasi atau karena perempuan tidak wajib ke masjid jadi jamaah perempuan salat di rumah. Dan yang paling mungkin para jamaah sudah mudik ke kampung masing-masing. Jadi untuk saya kosongnya masjid di akhir Ramadan sangat banyak faktornya.


Yang membuat saya cukup heran adalah ketika shaf salat perempuan di masjid sangat sulit untuk diatur. Beberapa saat datang ke masjid sibuk mencari dinding atau tiang untuk bersandar. Atau ada yang setengah mati mempertahankan posisinya di bawah kipas angin tidak mau maju padahal shaf di depannya kosong. Atau yang lebih klasik lagi perempuan biasanya membawa sejadah sebesar karpet keluarga jadi barisan salat tidak bisa rapat.


Mungkin bagi sebagian ini merupakan hal yang sepele namun sebagai umat Islam kita harus paham bahwa setiap salat berjamaah itu harus lurus dan rapat, karena jika tidak setan akan masuk ke celah-celah shaf salat.


Rapatkanlah shaf-shaf kalian, saling berdekatanlah, dan luruskanlah dengan leher-leher (kalian), karena demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggamannya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari celah-celah shaf seakan-akan dia adalah kambing kecil.” (HR Abu Dawud)


Nggak mau kan saat salat sebelahnya ada setan? makanya yuk rapatkan barisannya



Sabtu, 31 Mei 2014

Aku VS Anatomi

ilustrasi gambar http://mustlieliek.wordpress.com/

Buatku anatomi selalu menjadi hal yang sangat“Prestige”. Bagaimana tidak, setiap praktikum nilai pretestku harus lulus standar Lab Anatomi. Dengan bahan buku modul seadanya, bahkan beberapa blok terakhir tanpa buku modul. Aku harus belajar sendiri. Dan jika aku tidak lulus aku akan diusir secara hina dan tidak diizinkan untuk belajar dengan teman sekelasku yang lulus.

Bukan hanya itu, yang lebih membuataku sadar bahwa anatomi adalah hal yang cukup bergengsi di Fakultas Kedokteran  ini adalah karena setiap nilai tentamen dipajang di depan Lab Anatomi. Dan yang membanggakan bagi yang mempunyai nilai tertinggi akan ada tanda “Merah” di namanya. Ketika aku berada di kerumunan mahasiswa satu lettingku yang berebutan melihat hasil tentamen akan terdengar suara dari berbagai arah “Wuusss keren banget si fulan nilainya”. Saat itu pula aku mengangguk-angguk setuju.

Semester dua. Bahan untuk masuk praktikum anatomi pertamaku sudah aku pegang bahkan semenjak awal libur semester. Beramodal bahan yang aku dapatkan dari teman-teman, juga belajar teori seadanya aku masuk praktikum pertama. Alhamdulillah… kali pertama pretest anatomiku mulus.

Sampai pada pos demi pos, aku tidak pernah menyangka bahwa sedikit saja ada lubang, atau tonjolan yang bahkan tidak lebih besar dari jerawat atau lipatan semacam kerutan saja memiliki nama. Dan jangan pernah engkau berpikir bahwa namanya singkat. Nama tersebut panjang macam mantra pada film harry potter contohnya saja Articulatio temporo mandibularis. Entahlah, menurutku itu sejenis mantra.

Ah, paling-paling teman-temanku tidak akan hapal dengan lubang yang saking kecilnya hanya bisa ditusuk oleh jarum pentul. Dan mana ada temanku yang ingat nama sambungan-sambungan dari tulang tersebut atau makna klinis dari cekungan yang tidak lebih jelas dari kantung mata. Gumamku santai dalam hati.

Aku salah, kali itu aku bahkan tidak mampu membedakan tampak depan atau belakang, tampak atas atau bawah, kanan atau kiri. Namun beberapa temanku degan yakin bisa mengidentifikasi tulang-tulang tersebut. Postest dimulai. Campur aduk raut muka teman-teman yang sedang menjalani praktikum pertama bersamaku. Namun satu yang bisa aku pastikan saat itu, nilaiku tidak akan baik.

Aku mencoba terus memperbaiki cara belajarku, sampai pada blok respiratory system di semester ketigaku. Aku mulai menyukai anatomi. Nilai pretest dan posttest selama praktikum menurutku juga lumayan. Dan yang membanggakan lagi nilai tentamenku mencapai 68. Walaupun tak kunjung diberi “Warna Merah” menurutku itu suatu pencapaian, aku tidak akan lupa.

Waktu terus berjalan hingga masuk di pertengahan semester 4, entah karena semangatku kian kendor atau karena terlalu sibuk dengan hal lain, untuk pertama kalinya aku dikeluarkan dari praktikum anatomi. Kamu tahu mengapa? Ya, Karena nilai pretestku bahkan tidak sampai 50. Kamu pikir aku malu? Ooh tidak, waktu itu hampir setengah dari peserta praktikum dikeluarkan dengan menyedihkan. Aku pikir, yaudahlah nggak papa, toh yang pinter juga banyak yang dikeluarin. Dan blok neurology memang terkenal susah.

Tapi aku salah, sekali lagi akudikeluarkan dalam praktikum ke dua blok neurology, kali ini bahannya tentang musculoskeletal. Kamu pikir aku malu? Ya, kali ini aku benar-benar malu. Aku merasa bagai keledai yang jatuh pada lubang yang sama. Dan kali ini peserta yang dikeluarkan hanya sedikit. Namun selidik punya selidik, beberapa temanku yang lulus juga mengaku tidak bisa mengerjakan pretest. Mereka hanya menebak jawabannya. Sial, aku tidak pernah bisa seberuntung itu. Rasanya aku ingin melenyapkan diri saat itu juga.

Kali ini aku masuk pada blok Special Sense sekarang aku tidak mau kejadian pada blok neuromuskuloskeletal terulang kembali. Aku mulai mentadabburi anatomi klinis karangan Keith L. Moore yang ku beli setahun lalu. Praktikum blok pertama Special Sense, seperti dugaan pretest lancar bagai lewat di jalan tol tengah malam jum’at kliwon.

Oke sekarang saatnya praktikum kedua blok Special Sense, aku kembali mempelajari anatomi klinis karena sekarang aku paham kopian modul dari angkatan 2011 sudah tidak bermanfaat. Tidak tahu mengapa kali ini saat pretest aku nervous berlebihan, aku punya firasat bahwa aku akan dikeluarkan. Benar saja, sekali lagi aku dilempar dari Lab Anatomi.

Tak banyak kata, kosong. Aku bingung harus berbuat apa. Aku sudah belajar dari jam 3 pagi sampai pukul 10. Soal yang tadi ditanya pun sebenarnya aku bisa menjawab. Aku memutuskan singgah di rumah Kak Nia dan Ammatu untuk menunggu jadwal prktikum selanjutnya.

“Siti ngapain? Kok udah pulang, udah selesai praktikumnya?” Tanya Kak Nia heran.
Dengan malas aku menjawab “Aku dikeluarin lagi kak dari praktikum anatomi”
Sambil prihatin Kak nia bilang “Yaudah belajar lagi, semangat Siti”


Di rumah Kak Nia aku banyak melamun, guling-guling di lantai, galau setengah mati. Ammatu yang iba akhirnya mau mengajari aku anatomi. Kami belajar lagi sampai jadwal praktikum berikutnya pukul 15.30. Pokoknya maju terus pantang mundur.

Pretest kembali dimulai. Bismillah aku harus lulus kali ini. Saat soal pertama dibacakan jantungku dag-dig-dug setengah mati, aku rasa bunyinya lebih kencang dari gendang orkes dangdut keliling. “Mati gue kenapa soalnya beda lagi, kok susah ya!” Soal kedua, ketiga juga agak rancu. Aku berusaha untuk terus possitive thinking. Aku sangat tersudut, tetapi apapun yang terjadi aku tidak boleh nyontek, please deh cuma pretest doang masa aku nyontek? Hina rasanya

Pretest selesai, sebelum pengumuman nilai pretest kami diberi kesempatan untuk salat Asar. Setelah salat asar aku kembali duduk manis di bangku paling depan. Berdo’a semoga kali ini aku tidak dikeluarkan.

Asisten anatomi pun maju untuk mengumumkan nilai. Kali itu kak Ivana yang maju kedepan. Aku melihat kertasku ada di tumpukan paling atas. Aku pucat. Aku menoleh ke Naris sahabat yang duduk tepat di belakangku. “Nar, kayaknya itu kertas gue deh” Naris Cuma bilang, “Kaga mungkin elah selow aja.” Lalu aku bilang ke Ika yang ada di samping kananku “Ika, itu kertas aku yang paling depan” Ika tidak menanggapiku, kulihat bibirnya sibuk komat-kamit dzikir.

Karena aku cukup dekat dengan Kak Ivana, selagi Ia duduk menunggu peserta praktikum yang belum selesai salat, aku bertanya dengan isyarat “Kak, Itu kertas gue ya paling depan?” Kak Ivana hanya mengangguk diam dengan muka sedih.

Aku langsung mengemas barang-barangku yang tercecer di meja dan lantai praktikum. Hanya tinggal menunggu menit aku akan dikeluarkan lagi. Sepulang di keluarkan paksa dari anatomi untuk ke sekian kalinya aku berencana untuk membeli baygon di Dar*ssalam swalayan. Aku kian putus asa.

Benar saja, namaku dipanggil paling pertama, disusul oleh nama teman-temanku. Ika kali ini baru “ngeh” kalau kata-kataku tadi bukan karena bercanda. Dan setelah namaku dipanggil, ternyata itu hanya untuk pembagian kelas praktikum. Aku tidak jadi dikeluarkan, huft. Alhamdulillah, sekarang semua praktikum anatomiku sudah selesai. Sekarang aku bisa move on dari anatomi.


Jumat, 18 April 2014

Nyontek, Siapa Takut?!




“Udahlah ti ngapain nyontek. Percuma aja kalau nilai kamu bagus, tapi nggak bisa apa-apa. Yang penting Titi sudah berusaha semaksimal mungkin!” Petuah dari  Mama dan Papa yang sudah diulang berkali-kali sampai mendekati hari Ujian Nasional. Aku pikir bener juga sih omongan mereka. Ngapain toh nyontek, kan belum tentu jawaban temen aku yang bener.

Matahari terbit dan tenggelam dengan kecepatan yang sangat tinggi, Tryout-tryout untuk menhadapi UN satu-persatu mulai dikeluarkan oleh dinas pendidikan. Mulai dari tingkat sekolah, sampai provinsi. Bagai amunisi yang tiada habisnya, soal-soal itu bermunculan bak hantu yang siap menikamku kapan saja.

Sejauh ini nilai-nilai tryout ku untuk pelajaran fisika masih jauh dari kata lulus. Padahal aku sudah mengikuti bimbingan belajar, tetapi program yang aku pilih adalah persiapan untuk masuk perguruan tinggi, bukan bimbel untuk persiapan lulus UN. Alhasil aku tidak  terbiasa dengan soal-soal UN terutama pelajaran fisika. Aku mulai pontang-panting cari cara agar nilai fisikaku naik.

Kalau dipikir-pikir ngapain sih aku harus ngitungin berapa detik kelapa jatoh dari pohon? Berapa usaha yang harus dikeluarin untuk angkat barang? Berapa lama bunyi ngerambat sampe suaranya masuk ke kuping? Berapa gaya gesek ban yang dibutuhin biar nggak nabrak si nenek? Terus berapa perbedaan umur anak di bumi sama tantenya di luar angkasa? Huh peduli amat! Ngapain coba anak SMA disuruh ngitung begituan? Itu kan tugas profesor atau anak kuliahan jurusan teknik. Aku benci banget sama fisika, tapi puluhan bab fisika selama SMA harus aku kuasai semua kalau aku mau lulus UN.

Walikelasku pun mulai resah. “Ibu gak mau tau, pokoknya Ibu harus bicara dengan Orang-tua kamu. Gimana ini kalau nilai kamu kalau kayak gini terus, kamu mau lulus apa nggak sih?” si Ibu melirik aku dengan tajam.
“Yaa…. Mau lah Bu, ini nomernya….” Jawabku pelan, takut dengan lirikan si Ibu. Yah jangan ditanya bu, siapa sih yang mau nggak lulus? Gerutuku dalam hati.

Kondisiku semakin mirip TKW penuh derita. Mentalku kayak di jatohin ke tanah merah yang becek, terus ditiban batu besar dan bagaimanapun caranya aku harus bisa bangkit untuk tahlukin monster bernama ujian nasional yang selalu nempel di bayanganku. Headline Koran atau berita di tv kalau ada anak yang bunuh diri gara-gara takut UN aku anggap cuma angin lalu, aku nggak boleh contoh mereka.

Galaunya hati menghadapi UN semakin melanda, ditambah petuah seorang guru ditengah pelajaran.

 “Soal gampang kayak gini kalian harus bisa kerjain, jangan sampe deh di sekolah kita ada yang gak lulus, bikin malu aja. Nanti kalo diantara kalian ada yang kakaknya mau nikah, eh ngeliat adeknya nggak lulus UN malah gak jadi nikah. Nanti calon pasangannya bilang males ah adeknya gak lulus UN, keturunan keluarganya pasti kurang pinter! Aku langsung ngebayangin kedua kakakku yang batal nikah gara-gara aku gak lulus UN. Iiih amit-amit deh"

Faktanya emang jarang sih ada anak yang gak lulus UN. Bisa jadi se-Kabupaten cuma ada  satu orang. Dan anaknya itu bener-bener gak pinter, jarang masuk sekolah dan super duper males. Aku mikir kalau nggak lulus seleksi PTN kan banyak korbannya. Jadi misalnya aku gak diterima nggak bakal malu nantinya. Lagian kalo seleksi perguruan tinggi soal yang susah bisa di kosongin, nah kalau soal UN kan semuanya harus aku isi, terus kalau aku gak tau jawabannya mau ngisi pake apa? Minta jawaban dari langit?

Beberapa hari menjelang UN  desas-desus adanya kunci bocoran UN mulai beredar di kalangan siswa. Hampir dipastikan di setiap SMA ada oknum siswa yang memakainya. Waktu itu aku sempat bertanya ke teman ku yang pintar namun tetap mau memakai kunci bocoran. Dia santai menjawab kalo dia butuh nilai gemilang di ijazah. Duh penting banget apa punya ijazah bagus? Menurutku kalau pakai bocoran itu sama aja penipuan.

Ternyata aku juga gak lepas dari tawaran memakai kunci bocoran UN, sang ketua bocoran di kelasku yang biasa disebut “server” itu meminta aku untuk membayar patungan untuk bocoran UN.

Aku  menjawab ragu agak takut dijauhin sama temen-temen “Eh, aku gak pake!
“Kamu yakin Ti? ini kuncinya akurat loh!”
“Iya insyaAllah aku yakin!”                                 
“Nilai kamu aja nggak bagus-bagus amat, kita semua disini pake, udahlah ayok satu kelas kita kompak pake semua!”
“Nggak deh, aku mau coba sendiri…”

Capek membujuk aku untuk ikut, sang server bilang kayak gini di depan kelas.“Eh temen-temen perhatian semuanya! Aku tau, disini kan ada yang ogah-ogahan make kunci jawaban. Aku cuma menghimbau ke kalian semua. Kalian kan udah bayar, nah kalian bakal rugi kalau ngasih tau jawabannya ke orang lain yang nggak bayar. Kalo ada yang nanya jawabannya pas UN, ya kalian boleh aja sih kasih dikit  jawabannya. Dikit aja ya!”.

Wah omongannya itu bener-bener, dia pikir aku gak ikut kunci jawaban gara-gara aku gak punya uang buat bayar? Liat aja, aku nggak bakal nanya jawaban ke siapapun pas UN! Apalagi nyentuh bocoran jawaban UN sedikitpun! Aku langsung bersumpah dalam hati.

 Kali ini aku bener-bener nggak kuat, sekarang kondisi ku udah kayak warga pribumi korban romusha zaman Jepang. Walaupun sebentar, tapi sangat mematikan. Aku gak bisa nahan lagi semuanya sendiri, Aku curhat ke Orang-tua dan kaka tentang kejadian tadi di sekolah.

“Soalnya susah banget Ma, Pa. Titi takut gak lulus UN.  Temen Titi pada pake kunci bocoran UN, bahkan anak yang jaaaauh lebih pinter dari Titi”
Orang tua ku menatap iba “Emang Titi gak bisa dapet 5? Kalo nilai 5 itu udah lulus kan Ti?”
Kali ini aku nggak bisa ngasih banyak janji. “Gak tau Ma…” Suaraku mulai bergetar.
 “Mama Papa nggak nuntut nilai bagus kok asal kamu jujur dan belajar sekuat tenaga ya nak!”.
“Iyaa, Titi usahain….“

Hari itu juga orangtua ku langsung mencarikan guru privat fisika. Terbukti aku gak ikut patungan bukan karena ga punya uang, tetapi karena itu semua prinsip. Oke, aku nggak tau si “server” itu ngerti apa nggak tentang prinsip.Yang jelas itu penting banget buatku. Coba si server tau kalo bayar privat itu 7x lipat lebih mahal daripada patungan beli bayaran bocoran UN. Ah sudahlah dia nggak bakal ngerti.

Aku diminta untuk bermalam dirumah guru privat fisikaku. Tanpa banyak basa-basi begitu sampai dirumah beliau, aku langsung membuka tumpukan soal yang belum bisa gue aku pecahkan dirumah.

 “Jadi gini Ti, itung dulu beratnya terus dikali gravitasinya, ohya liat arah ditariknya ke kanan apa ke kiri. Kalo udah, itung juga gaya geseknya, jangan salah ya besaran sama konstantanya. baru deh abis itu di jumlahin semuanya!”
 Tatapan kosong “Hmmm…”
“Ti, ngerti nggak?”
Aku melemparkan senyuman sambil menggoyangkan kepala.
“Nggak ngertinya di bagian mana?”
“Duh kak, semuanya. Ulang dari awal yaa..”
Guru privatku menarik napas panjang “Oke, kali ini perhatiin baik-baik ya! Setiap bagian yang nggak ngerti langsung tanya kaka aja!”
“Siap kak!”

Dari sore sampe tengah malem aku masih terus berkutat sama soal-soal fisika. Pas aku mulai mengantuk guru privatku ngasih jus jambu dingin tengah malem agar mataku melek lagi. Gak lama kemudian aku mulai ngantuk lagi. Guru privatku memutar video yang menarik perhatian biar aku  bangun kembali, akhirnya aku melek lagi dan ngerjain soal sampai mau pagi. Selpas privat, sedikit-sedikit otakku mulai mendapat pencerahan tentang fisika.

Aku mempunyai target untuk menyelesaikan buku kumpulan soal UN lima tahun kebelakang dan prediksi UN untuk tahun sekarang. Ditambah kumpulan berbagai soal tryout dari berbagai macam bimbel, soal-soal dari kaka senior, dan  internet. Cara belajarku semakin bringas, Aku harus bejuang sampai titik darah penghabisan untuk mendapat predikat lulus SMA dengan jujur.

Agar targetku tercapai, rutinitas harian ku dimulai dengan bangun pagi buta. Sebelum sarapan aku ngerjain soal, disela-sela waktu sekolah aku juga mengerjakan soal. Konsultasi sana-sini tanya penyelesaian soal yang belum aku pahami, privat, sebelum tidur aku juga nggak lupa ngerjain soal. Bangun tengah malem tahajud lalu ngerjain soal, tidur lagi meluk soal, bahkan mimpi ngerjain soal. Selang libur sehari aku juga gak lupa maksa temen-temen yang pinter buat ngajarin. Temanku yang iba dengan kondisiku akhirnya menyanggupi untuk mengajarkan.

Hari UN akhirnya tiba juga, diawali dengan bahasa Indonesia di hari pertama. Ada yang nyimpen bocoran di bawah papan ujian, dalam kotak pensil, kaos kaki, bawah gesper, dalam baju, saku seragam, sela jepitan rambut, macem-macem deh akal mereka. Lucu banget, masa Bahasa Indonesia aja mereka make kunci jawaban?  Prihatin, tapi ah yasudah lah, capek emang kalo mikirin mereka terus.

Seiring daun-daun berguguran, bunga-bunga bermekaran akhirnya tiba juga di klimaks Ujian Nasional mata pelajaran fisika. Rasanya kayak udah sampe di puncak Mount Everest. Sekarang gimana caranya aku harus turun dengan selamat.

Temanku yang duduk di depanku membalikkan badan nggak tega harus ngeliat temannya yang super kacau fisikanya, harus menghadapi fisika seorang diri. “Ti, kamu baik-baik aja kan?”
“Iya aku baik, doain aja ya nanti lancar!” aku mencoba possive thingking.
           
Bel tanda soal dibagikan berdering, pengawas mulai membagikan kertas keramat itu untuk diselesaikan. Soalnya mirip sama tahun lalu, tapi angkanya diganti. Setelah meyakinkan diri, aku putuskan memilih sebuah rumus. Aku tetap ragu, tapi udahlah bismillah isi aja.

Aku membalik kertas ke halaman berikutnya, angkanya semakin keriting aja, mana kalo di itung komanya banyak banget. Keringet dingin mulai keluar, wajahku sudah memucat, mirip orang mules kebanyakan makan tape. Dorongan jahat dalam diri bermunculan udah, liat aja punya temen, dikit doang kok mumpung pengawasnya lagi ngantuk! Tapi niat itu segera ku tepis, wajah Mama, Papa, guru privat seolah muncul depan mukaku.


Bel tanda waktu mengerjakan usai akhirnya berbunyi, kertas jawaban ku sudah ditarik pengawas. Aku pasrah meninggalkan meja eksekusi soal. Kali ini aku hanya bisa berdoa.
***
Aku mematutkan wajah di depan cermin, dengan memakai jas putih dan berkalungkan stetoskop aku tersenyum. Rencana-Nya memang selalu indah. 

Senin, 14 April 2014

Seperti Baru Kemarin Mengenalmu

gue--erika--adhika--naris


Aku masuk saat pelajaran sudah berlangsung. “Ti disini!” seru salah satu teman sekolahku yang juga ada di tempat les yang sama. Aku berusaha mengikuti pelajaran yang sudah berjalan beberapa menit lalu. Pelajaran berlangsung kurang lebih 45 menit sebleum berganti pelaaran berikutnya.

Kenalin ti ini Diah anak SMA 105, kalo yang ini Putri anak 105 juga. Nah yang ini Naris anak 48” Seru temanku Adhika menunjuk satu-satu anak yang sedang duduk dikelas, seolah ia seorang tourguide bis pariwisata.
Aku ber –OOH… Halooo” Sambil melambaikan tangan. Hmmm kalo yang satu lagi gak usah dikenalin. Udah kenal, Erika. Teman satu SMA denganku.

Les kami selalu terpotong oleh salat Magrib, sehabis jajan kami menuju mushalla bersama.

Naris “Eh jamaah ya, jamaah salatnya. Biar pahalanya banyak
Yaudah iya, tuh Adhika lg salat. Tepok aja!” Seruku sambil bersiap mengambil wudhu
*Prok* Naris menepuk punggung Adhika
Aaaah kalian maah jangan tepok gue doong.. gue gak mau jadi imam” Adhika batal dari salatnya.
Naris yang sudah takbiratul berusaha tetap konsentrasi
Laah yaudah gih lu tepok aja Naris lagi, nah nanti lu kan jadi ma’mum” seruku sambil bersiap memakai mukena.
Adhika menepuk punggung Naris, namun Erika datang menepuk punggung Adhika. Adhika kembali batal karena tiba-tiba iya ditepuk Erika. Naris yang berusaha konsentrasi akhirnya batal juga.
Aaaah lo mah, kenapa jadi main tepok-tepokan sih?” Naris jadi agak emosi
Lagian gue ditepok, kan gue bukan imam” Adhika membela diri
Eh gue salah nepok ya?” Seru Erika polos.
Yaiyalah!” Kita semua kompak menjawab kemudian tertawa.
Akhirnya salat Magrib hari itu diulang dari awal, tidak ada tepuk-menepuk. Berjamaah, aku yang mengalah untuk menjadi imam.

Hari-hari terus berlalu, aku semakin giat belajar di tempat bimbingan belajar, dengan teman-teman les akupun semakin dekat.

Eh kalian nanti mau masuk mana?” Seru Adhika
Gue pengen banget masuk FK! Gue pengen jadi dokter!” Seru Naris semangat 45
Kalo gue pengen Sistem Informasi UI” Kata Erika datar
Gue sih pengen Tata boga, gue udah capek belajar!” Jawabku sambil nyengir
Kalo lu dik?” tanyaku
Gue pengen Keperawatan UI!” Jawab Adhika tidak kalah semangat.

Tryout-tryout Ujian seleksi perguruan tinggi mulai meluncur tiada henti. Nilai kami pun kejar mengejar. Konsul sana-sini. Tanya ini, tanya itu. Konsul ke berbagai cabang dari bimbingan belajar kami. Hampir setahun kegiatan itu rutin.

Bulan SNMPTN semakin dekat, kami kembali berbincang-bincang. Dengan nilai nilai dan segala keadaan yang ada.
Eeeh, ibu gue nggak setuju nih gue masuk keperawatan UI, Ibu gue nyuruh gue jadi guru aja” Seru Adhika sedikit lemas.
Hmmm kayaknya passing grade SI UI tinggi yaa, gue takut nih!” Erika tak kalah galau
Aku menimpali “Kalo gue malah disuruh masuk FK sama bokap gue, katanya biar buku-buku mpok gue ada penerusnya yang baca. Terus kata emak gue hidup ini harus ada tantangan. Masa alesan gue masuk tataboga gara-gara gue males belajar doang
Gue tetep mau masuk FK, tapi bener gak sih FK mahal?” tanya naris
Aaah nggak juga kok, mpok gue di FK Unsyiah murah. Masa dibawah 5 juta gitu jalur reguler, lebih murah dari pas kita-kita masuk SMA kan?” kataku
Ah serius lu ti?” Semua kaget
“Iya serius, FK mahal tergantung jalurnya, yang 100 juta juga ada sih, jalur mandirinya!”
Semua ber –OOOH kompak.

Karena sama-sama ingin masuk FK, aku dan Naris semakin dekat, kadang aku pergi ke sekolahnya untuk belajar dengan teman sekolahnya. Kadang justru Naris yang ke sekolahku. Tak jarang kami bahkan sempat dikenali oleh guru bahwa kami bukan muridnya. Kami langsung melarikan diri.

Hampir dibilang kami sudah keliling Jakarta-Timur untuk konsul sana-sini tentang pelajaran. Mulai dari Hek, Cibubur, Kalisari, Ciracas, Pasar rebo, Cimanggis. Kami belajar mati-matian. Tak jarang kami menginap bersama untuk belajar.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Akhirnya kami sampai pada hari H untuk tes. Kami mendapatkan lokasi SMA yang sama jalur UMB-PTN (Seleksi masuk perguruan tinggi) gabungan sekitar 20 universitas. Karena rumah kami yang tidak begitu jauh, agar bisa berangkat bersama, Naris bermalam dirumahku.

Sebelum tes kami sempatkan salat duha bersama di mushalla SMA tersebut.
Ti, nih kata temen gue yang masuk FK UI. Dia waktu lulus tes SIMAK nerapin caranya ustad Yusuf Mansyur!” Kata naris selepas salat
Emang ngapain? Waah manjur banget dong langsung masuk FK UI?” Aku penasaran
Iya dia bilang sedekah yang banyak
ooooh,” aku mengangguk-anggukan kepala.

Kami langsung membuka dompet masing-masing, mengeluarkan uang pecahan terbesar yang kami punya. Dengan berharap. “Ya, Allah.. selama ini kami sudah belajar keras, berikanlah yang terbaik. Aamiin!”

                                                                        ****
LULUS!!!! Barakallah, walaupun banyak yang bilang UMB soalnya jauh lebih susah. Kami berhasil, Nim kami pun hanya berbeda satu angka. Kami berangkat menuju Banda-Aceh yang saat itu aku dan Naris  tidak tahu persis bentuknya seperti apa. Yang aku tahu saat sampai di bandara nanti aku akan dijemput oleh kakakku.

sesaat sebelum take off


naris--mpok--gue #lebaran

OKA 20 Fifi -- Naris-- Gue
Ginochan dalam kenangan T.T

Kak Disyu -- 2 anak sok kembar



Banyak hal untuk pertama kalinya kami lewati bersama. Menginjakkan kaki di bumi Aceh, menjadi anak rantau, menjadi mahasiswa FK UNSYIAH, menjadi bagian dari FLP Aceh, menjadi Aktivis dari Lembaga dakwah yang medannya jauh berbeda dari Rohis SMA, tinggal di tempat yang sama.

it's been 3 years? I don’t know, I just love this friendship.

Perbedaan untuk saling melengkapi, isi yang kosong, buang yang salah, perbaiki yang rusak, tutup sumber masalah, hidupkan dengan kasih sayang.

Kado Untuk Kamu : Perempuan itu sudah cantik, walaupun ia tidak pernah menang kontes kecantikkan. Tapi sikapmu akan menentukan apakah kamu menjadi cantik dimata Allah? Cintai Allah karena Allah pasti membalas cintamu. Jangan lepaskan hidayah yang pernah menghampirimu.

P.S: Uhibbuki Fillah :*

Campus Expo. SMAN 99 Jkt! my beloved school